MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI - PDF Free Download (2024)

MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI (Studi Kasus pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh: Sihol Marito Pakpahan I34052337

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Abstract

Cooperatives as a business entity, that given the image of a pillar of national economy, are challenged to be managed professionally. In general, the main problem still facing the cooperatives is the low professionalism of the managers. This study aims to explain the modernity of entrepreneurial attitude of cooperative managers, and to explain the relationship between modernity of entrepreneurial attitude of cooperative managers with the cooperative's success. This research was carried out in Cibinong district, Bogor regency, West Java by using the census method that takes the entire population with the sampling frame is cooperation employees. Respondents were selected randomly as many as 3 people from each cooperative employee. Data of characteristics respondents and modernity of entrepreneurial attitude presented in the form of frequency tabulation. Meanwhile, to know the relationship between modernity of entrepreneurial attitude of cooperative managers with the cooperative's success using Spearman Rank (rs or ρ ) Correlation Test. The modernity of entrepreneurial attitude is measured consists of 8 variables: (1) precede of priorities; (2) taking risks; (3) innovativeness; (4) hard work; (5) appreciation for the time; (6) achievement motivation; (7) selfconfidence; and (8) individual responsibility. Whereas, the variable of cooperative's success is measured over the two indicators, there are the number of cooperative's members and the rest of the business (“sisa hasil usaha/SHU”). This study found that respondents generally have a modern view of the eight themes of entrepreneurial attitude. When observed on each theme being, there is a tendency of respondents who have no modern attitudes, especially in the second theme ( "risk taking"). While the theme of most modern attitude of the respondents owned is on the first theme ( " achievement motivation "). Through using Spearman Rank Correlation Test is known that the variable of modernity of entrepreneurial attitude has no correlation with the cooperative's success. Compute rs values obtained are smaller than rs table, which means

modernity of entrepreneurial attitude of cooperative managers is not related to the success of cooperative employees. With these test results indicate that the view of modernity can be owned by each board committee is no exception in the cooperative does not succeed. Thus, the cooperative's success is measured by the number of cooperative's members and the rest of the business (“sisa hasil usaha/SHU”), not entirely influenced by entrepreneurial attitude of managers. However, more determined by external factors such as mutation of employees, employee rotation, the period of retirement, the layoffs and other things that cause the cooperative does not succeed. In turn, these conditions would cause the cooperatives decreasing in the rest of the business (“sisa hasil usaha/SHU”). Keyword : Entrepreneurship, cooperative, and cooperative's success

RINGKASAN

SIHOL MARITO PAKPAHAN. MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI : Studi Kasus pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di bawah bimbingan NURAINI W. PRASODJO).

Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang mendapatkan perhatian pemerintah. Sebagai badan usaha yang diberi citra menjadi sokoguru perekonomian nasional, koperasi ditantang untuk dikelola secara professional. Secara umum masalah utama yang masih dihadapi koperasi adalah rendahnya profesionalisme pengelolanya. Penelitian

ini

bertujuan

untuk

menjelaskan

modernitas

sikap

kewirausahaan pengurus koperasi, serta menjelaskan hubungan antara modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi dengan keberhasilan koperasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan menggunakan metode sensus yakni mengambil seluruh populasi koperasi dengan kerangka sampling yaitu koperasi karyawan. Responden dipilih secara acak sebanyak 3 orang dari masing-masing koperasi karyawan. Data tentang karakteristik responden dan modernitas sikap kewirausahaan disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi. Sedangkan, untuk mengetahui hubungan

modernitas

sikap

kewirausahaan

pengurus

koperasi

dengan

keberhasilan koperasi menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman. Adapun modernitas sikap kewirausahaan yang diukur terdiri dari 8 indikator, yaitu : (1) mengutamakan prioritas, (2) pengambilan resiko, (3) keinovatifan, (4) sikap terhadap kerja, (5) penghargaan terhadap waktu, (6) motivasi berprestasi, (7)

sikap percaya diri, dan (8) tanggung jawab individual. Modernitas sikap kewirausahaan dihubungkan dengan variabel keberhasilan koperasi, yang diukur dari dua indikator yakni jumlah anggota dan sisa hasil usaha (SHU). Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara umum responden memiliki pandangan yang modern terhadap ke delapan tema sikap. Apabila diamati pada masing-masing tema sikap, masih ada kecenderungan responden yang memiliki sikap-sikap tidak modern, khususnya pada tema sikap kedua (”pengambilan resiko”). Sedangkan tema sikap yang paling modern yang dimiliki responden adalah tema kesatu (”mengutamakan prioritas”). Melalui Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman (rs/ ρ ) diketahui bahwa variabel modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak memiliki korelasi dengan keberhasilan koperasi. Diperoleh nilai ρ hitung yang lebih kecil dibandingkan

ρ tabel, yang artinya modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak berhubungan dengan keberhasilan koperasi karyawan. Dengan hasil uji

ρ

tersebut

menunjukkan bahwa pandangan modernitas dapat dimiliki oleh setiap pengurus tidak terkecuali pengurus di koperasi tidak berhasil. Dengan demikian, keberhasilan koperasi yang diukur dari banyaknya jumlah anggota yang berpartisipasi dan perkembangan SHU, tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh sikap kewirausahaan pengurus. Akan tetapi, lebih ditentukan oleh faktor eksternal seperti mutasi pegawai, rotasi pegawai, periode pensiun, adanya PHK dan hal lain yang menyebabkan koperasi dikatakan tidak berhasil. Pada gilirannya kondisi tersebut, akan menyebabkan koperasi mengalami penurunan sisa hasil usaha (SHU).

MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI (Studi Kasus pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh: SIHOL MARITO PAKPAHAN I34052337

Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Januari, 2010

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh Nama

: Sihol Marito Pakpahan

NRP

: I34052337

Departemen

: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi

: Modernitas Sikap Kewirausahaan Pengurus Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS 19630531 199103 2 002 Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS 19550630 198103 1 003

Tanggal Lulus :

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI (Studi Kasus Pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI

MANA

PUN

UNTUK

TUJUAN

MEMPEROLEH

GELAR

AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2010

Sihol Marito Pakpahan I34052337

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor, 8 Desember 1986 sebagai anak ke empat dari lima bersaudara pasangan Bpk P. Pakpahan dan Ibu L. Sinaga. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas pada SMU Negeri 3 Bogor pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswi penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis juga pernah aktif dalam kegiatan asistensi menjadi Asisten M.K Dasardasar Komunikasi selama empat semester dan Asisten M.K Komunikasi Bisnis selama satu semester.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa di Sorga atas segala kasih-Nya yang begitu besar memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Modernitas Sikap Kewirausahaan Pengurus Koperasi (Studi Kasus Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas saransaran, bimbingan, dan kritiknya selama proses penulisan proposal, penelitian dan penulisan laporan. 2. Seluruh pihak, Bapak maupun Ibu, pengurus koperasi pegawai dinas maupun perusahaan atas kesediaan waktu dan tempat selama proses pencarian data di lapangan 3. Bapak dan Mama, yang terkasih, atas doa, kesabaran, kritik dan saran yang diberikan tiada henti untuk keberhasilan studi anak-anaknya 4. Kakak-kakak ku yang terkasih, Kapas dan adik Riris yang selalu memberikan doa dan dorongan kepada penulis 5. Dimas, my best friend, thanks for the spirit dan kesabarannya membantu selama studi 6. Anyes, Tari, Indah, Nando, TB, Maria, Virgin, Lalu, Wagner, Puty, Kokoe, Nita, Siti Hani atas doa, dorongan, kritik dan saran selama penelusuran bahan skripsi 7. Anda, terima kasih untuk bisa memberikan bantuan fasilitas laptopnya sehingga penulis dapat mengetik bahan skripsi 8. Rekan-rekan KPM 42 yang terkasih yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi kalian akan selalu di hati 9. semua pihak yang selalu memberikan semangat langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Terima kasih Akhir kata, penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................................... DAFTAR TABEL .............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... BAB I

i iii iv v

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah............................................................................ 2 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 3 1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................... 3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian tentang Sikap dan Perilaku ..................................................... 4 2.2 Kajian Tentang Keberhasilan Koperasi ............................................ 11 2.3 Ikhtisar ................................................................................................ 16 2.4 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 17 2.5 Hipotesis ............................................................................................. 18 2.6 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ......................................... 19 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 22 3.2 Metode Penelitian ............................................................................... 22 3.3 Penentuan Objek Kajian dan Responden penelitian .......................... 23 3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 23 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 24 3.6 Kelemahan Studi ................................................................................ 28

i

BAB IV

GAMBARAN UMUM KOPERASI DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DI LOKASI PENELITIAN

4.1

Koperasi di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat .... 29

4.2

Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor ....... 33

4.3

Karakteristik Responden .................................................................... 39

BAB V

MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI KARYAWAN KECAMATAN CIBINONG KABUPATEN BOGOR ................................................................... 45

BAB VI

HUBUNGAN MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI KARYAWAN KECAMATAN CIBINONG DENGAN KEBERHASILAN KOPERASI .............. 56

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1

Kesimpulan......................................................................................... 60

8.2

Saran ................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63 LAMPIRAN ....................................................................................................... 66

ii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 1.

Halaman Teks Data Jumlah Koperasi Berdasarkan Tingkat Kesehatan Koperasi Pada Tahun 2003 sampai dengan 2007 di Kecamatan Cibinong, Bogor. ................................................................................................. 2

Tabel 2.

Daftar Nama Kecamatan Berdasarkan Wilayahnya di Kabupaten Bogor. ................................................................................................. 29

Tabel 3.

Sebaran Koperasi menurut Jenisnya di Masing-Masing Wilayah di Kabupaten Bogor................................................................................ 30

Tabel 4.

Penyebaran Koperasi menurut Jenisnya di Kabupaten Bogor Bagian Tengah .................................................................................... 31

Tabel 5.

Koperasi Karyawan yang Masih Aktif di Kecamatan Cibinong, Bogor .................................................................................................. 35

Tabel 6.

Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin dan Jabatan di Koperasi Karyawan Kecamatan, Cibinong (dalam absolut dan persentase, 2009) ................................................................................ 40

Tabel 7.

Responden menurut Lama Kepengurusan di Koperasi ...................... 41

Tabel 8.

Responden menurut Usia ................................................................... 42

Tabel 9.

Responden menurut Pekerjaannya ..................................................... 42

Tabel 10. Responden menurut Pendidikan Formal ............................................ 43 Tabel 11. Sebaran Responden menurut Pendidikan Informal yang Pernah Diikuti Berkaitan dengan Bidang Koperasi dan Pendidikan Formal di Koperasi Karyawan Kecamatan, Cibinong (dalam absolut dan persentase, 2009). ............................................................................... 44 Tabel 12. Sebaran Skor Modernitas Rata-Rata Responden Berdasarkan Tema Sikap Kewirausahaan, di Kecamatan Cibinong (2009)...................... 45 Tabel 13. Sebaran Responden menurut Kategori Koperasi dan Kategori Modernitas Pengurus Koperasi di Koperasi Karyawan Kecamatan, Cibinong (dalam absolut dan persentase, 2009)................................. 54

iii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman Teks

Gambar 1.

Ajzen and Fishbein : Theory of Reasoned Action (Baron, 2003) .... 6

Gambar 2.

Perangkat Organisasi Koperasi ....................................................... 12

Gambar 3.

Kerangka Pemikiran Modernitas Sikap Kewirausahaan Pengurus Koperasi .......................................................................................... 18

Gambar 4.

Contoh Tabel Pengisian Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman .. 26

Gambar 5.

Penyebaran Koperasi Karyawan di Wilayah Kabupaten Bogor Bagian Tengah ................................................................................. 32

Gambar 6.

Penyebaran Jenis Koperasi di Kecamatan Cibinong, Bogor ........... 34

Gambar 7.

Tingkat Modernitas Pandangan Kewirausahaan pada Pengurus di Koperasi yang Berhasil dan Pengurus di Koperasi yang Tidak Berhasil, di Kecamatan Cibinong (2009). ..................................... 55

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman Judul

Lampiran 1.

Data Koperasi di Wilayah Kecamatan Cibinong menurut Perhitungan Sisa Hasil Usaha dan Jumlah Anggota serta Kategori Koperasi ...................................................................... 66

Lampiran 2.

Perhitungan Skor Modernitas Masing-Masing Tema ................ 67

Lampiran 3.

Perhitungan Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman ................. 74

Lampiran 4.

Daftar Pertanyaan Penelitian Modernitas Sikap Kewirausahaan ........................................................................... 77

v

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pembangunan koperasi di Indonesia merupakan bagian dari usaha

pembangunan nasional secara keseluruhan. Koperasi dibangun untuk menciptakan usaha dan pelayanan dengan azas kekeluargaan. Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang mendapatkan perhatian pemerintah. Sebagai badan usaha yang diberi citra menjadi sokoguru perekonomian nasional, koperasi ditantang untuk dikelola secara professional. Atas dasar itulah kemudian lahir berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi. Berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta dukungan/perlindungan yang diperlukan (Brodjosaputro, 1989) Menurut Menteri Negara KUKM, Suryadharma Ali, pada tahun 2008 koperasi di seluruh Indonesia tumbuh mencapai angka 149.793 unit atau tumbuh sebanyak 119 koperasi primer dan tujuh koperasi sekunder.

Dari hasil

pengklasifikasian koperasi, jumlah koperasi berkualitas pada 2008 mencapai 42.267 koperasi. Sebelumnya, pada 2007 koperasi berkualitas hanya berjumlah 41.381 unit. Pada periode 2007-2008 ada peningkatan jumlah koperasi berkualitas sebanyak 886 unit atau 2,14 persen. Namun demikian terdapat beberapa koperasi yang masih berada pada kategori koperasi yang cukup sehat, kurang sehat bahkan tidak sehat. Di Kabupaten Bogor, jumlah unit koperasi sehat lebih sedikit dibandingkan koperasi cukup dan kurang sehat (Tabel 1). Pada umumnya kinerja koperasi masih jauh dari memuaskan. Bahkan pandangan masyarakat Indonesia secara umum terhadap koperasi tidak terlalu positif.

Menurut

Sukamdiyo

(2002),

banyak

koperasi

menjadi

kolaps,

ditinggalkan anggotanya karena berbagai sebab di antaranya perilaku pengurus koperasi banyak yang menyimpang dalam mengelola koperasi. Sedangkan, Sopanah (2009), menyebutkan jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

yang meningkat belum diimbangi dengan perkembangan kualitas

2

Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM). Hal tersebut disebabkan

oleh

karena

beberapa

KUMKM

yang

masih

menghadapi

permasalahan klasik yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini secara langsung berkaitan dengan: (a) rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya dalam manajemen, organisasi, teknologi, dan pemasaran; (b) lemahnya kompetensi kewirausahaan; (c) terbatasnya kapasitas UMKM untuk mengakses permodalan, informasi teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Tabel 1. Data Jumlah Koperasi Berdasarkan Tingkat Kesehatan Koperasi pada tahun 2003 sampai dengan 2007 di Kecamatan Cibinong, Bogor. Tingkat Kesehatan 2003 2004 2005 2006 2007 Total KSP/USP Sehat 42 44 62 46 83 277 Cukup Sehat 128 106 89 70 133 526 Kurang Sehat 84 38 27 19 32 200 Tidak Sehat 41 15 8 5 2 71 Total 295 203 186 140 250 1074 Sumber : Dinas Perindagkop (2008) Keterangan : KSP kepanjangan dari Koperasi Simpan Pinjam dan USP kepanjangan dari Unit Simpan Pinjam

Dari masalah-masalah yang dihadapi koperasi di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum masalah utama yang masih dihadapi koperasi adalah rendahnya profesionalisme pengelolanya ataupun sikap kewirausahaan para pengurusnya.

Penelitian

ini

bermaksud

memetakan

bagaimana

sikap

kewirausahaan para pengurus koperasi dan sekaligus menguji apakah keberhasilan koperasi berkaitan dengan sikap kewirausahaan pengurusnya.

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan bahwa kinerja koperasi

masih lemah sehingga banyak pandangan negatif terhadap bentuk usaha bersama koperasi. Sebagian kalangan menduga akar masalah kelemahan koperasi tersebut terletak pada kualitas sumber daya manusianya. Dengan demikian untuk mengkaji lebih dalam akar masalah lemahnya koperasi, penelitian ini bermaksud untuk mengkaji hal berikut: 1.

Bagaimana modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi?

3

2.

Adakah hubungan antara modernitas sikap kewiruasahaan pengurus dengan keberhasilan koperasi?

1.3

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1.

Menjelaskan modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi

2.

Menjelaskan hubungan antara modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi dengan keberhasilan koperasi

1.4

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang

terkait, khususnya bagi: 1.

Peneliti, merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dengan melihat fenomena praktis yang terjadi di lapangan.

2.

Kalangan akademisi, berguna sebagai bahan kajian/ penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama

3.

Instansi yang terkait, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan sikap kewirausahaan pengurus koperasi dalam rangka pengembangan koperasi

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kajian tentang Sikap dan Perilaku Menurut Callhoun dan Joan (1995), sikap adalah sekelompok keyakinan

dan perasaan yang melekat tentang obyek tertentu, dan kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tersebut dengan cara-cara tertentu. Selanjutnya menurut Allport (Sears, 2004), sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.. Rakhmat (2001) menyatakan bahwa sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi dan mengandung aspek evaluatif. Sikap dapat bersifat positif dan negatif. Pada sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan pada obyek tertentu. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai pada obyek tertentu (Sarwono, 2002). Sikap manusia bukan merupakan suatu bawaan akan tetapi sesuatu yang dipelajari. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Oleh karena itu, sikap lebih mudah dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi dan diubah. Sikap timbul karena adanya stimulus. Pembentukan dan perubahan sikap selain dipengaruhi oleh diri individu itu sendiri dan lingkungannya, juga dipengaruhi oleh proses belajar. Ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang positif dan mengesankan. Azwar (2003) menyatakan bahwa sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media

5

massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Konsep sikap berbeda dengan konsep perilaku, perilaku merupakan cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang. Menurut Walgito (Azwar, 2003), perilaku yang dilakukan oleh seseorang disebut sebagai perilaku yang tampak (overt behavior). Unsur-unsur perilaku yang tampak berupa tingkah laku yang nyata (action). Perilaku juga dapat dikaitkan sebagai reaksi yang terjadi karena adanya stimulus atau interaksi antara individu dengan lingkungannya dan benar-benar dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan. Teori yang berpengaruh dan dianut para ahli hingga saat ini dalam menjelaskan model hubungan antara sikap dan perilaku dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) yakni Teori tindakan yang beralasan (theory of reasoned action). Teori ini menyatakan bahwa keputusan untuk menampilkan tingkah laku tertentu adalah hasil dari proses rasional yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu dan mengikuti urut-urutan berfikir. Pilihan tingkah laku dipertimbangkan, konsekuensi dan hasil dari setiap tingkah laku dievaluasi, dan dibuat sebuah keputusan apakah akan bertindak atau tidak. Kemudian keputusan itu direfleksikan dalam tujuan tingkah laku. Berdasarkan teori ini, intensi (niat untuk melakukan suatu perbuatan) pada gilirannya ditentukan oleh dua faktor, pertama yaitu sikap terhadap tingkah laku, evaluasi positif atau negatif dari tingkah laku yang ditampilkan. Kedua, norma subjektif yakni persepsi orang apakah orang lain akan menyetujui atau menolak tingkah laku tersebut. Semakin positif sikap seseorang terhadap suatu obyek, semakin positif konsekuensi yang diterima, dan semakin didukung oleh norma subyektif maka semakin besar intensi untuk berperilaku. Sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang dan semakin positif konsekuensi yang diterima disertai dengan tidak didukung oleh norma subyektif, semakin kecil intensi berperilaku.

6

Model hubungan sikap-tingkah laku dari Ajzen dan Fishbein (1980) dapat dilihat pada gambar berikut:

Sikap terhadap tingkah laku tertentu

Intensi tingkah laku

Tingkah laku yang tampak

Norma-norma subyektif Gambar 1. Ajzen and Fishbein theory of reasoned action (Baron, 2003)

Kajian tentang Kewirausahaan Dalam kaitannya dengan kewirausahaan, Peter F. Drucker (Kasmir, 2006) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. sem*ntara Zimmerer (Kasmir, 2006) mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Kemampuan berwirausaha mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan mengelola usaha secara profesional. Dalam bidang

psikologi

wirausaha,

terdapat

faktor-faktor

kemampuan berwirausaha yang berfokus

yang

mempengaruhi

kepada karakteristik (ciri-ciri)

kepribadian individu seperti : Locus of control, pengambilan resiko, motivasi akan prestasi, gaya penyelesaian masalah, keinovatifan, persepsi dan nilai kerja. Meiner, et al (1980) mengemukakan bahwa ada lima ciri utama kewirausahaan yaitu: a) self achievement, yaitu keinginan untuk selalu memiliki prestasi yang lebih baik; b) risk taking, yaitu kemampuan mengambil resiko tertentu demi mempercepat pencapaian tujuan; c) feedback of result, yaitu keinginan untuk segera mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dikerjakan; d) personal innovation, yakni sikap yang ingin selalu berorientasi ke arah perbaikan dan kemajuan; dan e) planning for the future, yakni sikap untuk bertindak berdasarkan rencana yang telah disusun terlebih dahulu. Menurut Ibnoe Soedjono kemampuan kewirausahaan merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja

7

keras dan keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang. Menurut Kasmir (2006) berwirausaha tidak selalu memberikan hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan pengusaha. Tidak sedikit pengusaha yang mengalami kerugian dan akhirnya bangkrut. Namun, banyak juga wirausahawan yang berhasil untuk beberapa generasi. Bahkan banyak pengusaha yang semula hidup sederhana menjadi sukses dengan ketekunannya. Berikut ini beberapa ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil: 1

memiliki visi dan tujuan yang jelas

2

inisiatif dan selalu proaktif

3 berorientasi pada prestasi 4 berani mengambil risiko 5

kerja keras

6 bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang 7

komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati

8

mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankannya maupun tidak. McClelland (1984) menjelaskan bahwa need of achievement (n Ach)

adalah salah satu bagian dari dorongan ke arah pertumbuhan ekonomi yakni bagian yang dapat diidentifikasi dan diukur. Pada suatu eksperimennya, seorang pengusaha menjadi senang bekerja keras atau rajin tidak semata-mata menunjuk atau memperhatikan laba saja. Motif prestasi yang tinggi lebih banyak didorong oleh keinginan untuk mencari cara-cara yang lebih baik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Bahkan pada masa revolusi industri berlangsung orang-orang Arab tidak menaruh perhatian pada kultur mesin yang sedang dikembangkan oleh orang-orang Eropa. Akan tetapi, perbaikan motivasi menyebabkan perubahanperubahan teknologi diterima secara cepat. Dengan demikian, keyakinan akan keunggulan seseorang menyebabkan virus n Ach ini dapat mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi secara lebih langsung. McClelland (1984) mengemukakan bahwa masyarakat yang mempunyai motivasi prestasi yang tinggi akan menghasilkan wiraswastawan yang energik.

8

Motif berprestasi (n-Ach) bukan satu-satunya faktor modernisasi, tetapi n-Ach hanyalah salah satu unsur yang penting. Pendeknya ia menyebutkan bahwa dorongan modernisasi secara ideal dalam istilah psikologis nampaknya sebagaimana terdiri dari pribadi n-Ach dan sebagian lagi terdiri dari lingkungan sosial, yakni kesejahteraan orang lain secara umum. Adapun keterkaitan tingkat motif berprestasi dengan sikap wiraswasta adalah tampilan dalam ciri-ciri sebagai berikut (McClelland, 1984): 1. Menanggung risiko yang sedang Perilaku orang yang mempunyai nilai motif berprestasi yang tinggi adalah memilih cara yang sangat mungkin untuk mencapai kepuasan prestasi, yakni dengan mengambil risiko yang sedang. Hal ini dilakukan melalui kemampuan/ keterampilan yang dimilikinya, dan tidak berspekulasi terhadap keadaan seperti pedagang tradisional yang tidak mau menanggung risiko/penjudi yang ekstrim dalam mengambil risiko atau tidak adanya suatu kepastian kapan akan berhasil. 2. Mempunyai rasa tanggung jawab pribadi Seseorang yang mempunyai nilai motif berprestasi yang tinggi nampak tidak memerlukan penghargaan/ pengakuan dari umum terhadap kesuksesan yang telah dicapainya. Pekerjaan mempunyai nilai untuk dirinya, sehingga dapat meyakinkan bahwa dirinya mampu melakukan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, mereka bekerja membutuhkan berbagai ukuran bagaimana bekerja yang baik, dan bagaimana seharusnya mereka membuat keputusan terhadap apa yang akan dikerjakan. 3. Mengetahui hasil tindakan Seseorang yang mempunyai nilai motif berprestasi yang tinggi dalam melakukan suatu tindakan akan berpaling pada pengalaman yang telah dilalui, dan dijadikan umpan balik untuk melakukan tindakan yang lebih baik. Tindakan yang membangun tidak selalu dilakukan pada saat ada kesempatan untuk melihat secara obyektif bagaimana mereka dapat mengerjakannya dengan

baik.

Dengan

demikian

hasil

tindakan

diketahui

dengan

memanfaatkan umpan balik yang nyata dari pengalaman yang ada dan akan melakukan peranannya sebagai usahawan yang baik.

9

4. Kemampuan membuat rencana jangka panjang dan mengorganisir kegiatan manusia dalam perusahaan. Kemampuan berpikir jauh ke depan merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai nilai motivasi prestasi yang tinggi, sehingga merasa dikejar waktu dan mempunyai kemampuan untuk mengorganisir kegiatan manusia dalam perusahaan secara efisien. Menurut Inkeles (1984), tanda-tanda yang khas dari orang yang modern ada dua macam: yang satu merupakan ciri dalam dan yang lainnya merupakan ciri luar; yang satu mengenai lingkungan alam, yang lainnya mengenai sikap, nilainilai dan perasaan-perasaan. Ia menyebutkan bahwa manusia modern memiliki sifat: 1. bersedia untuk menerima pengalaman-pengalaman yang baru dan terbuka bagi pembaharuan dan perubahan (inovatif) 2. demokratis mengenai dunia opini, bahwa ia sadar akan keragaman sikap dan opini disekitarnya, dan tidak menutup dirinya sendiri 3. tepat pada waktunya, teratur dalam mengorganisir urusannya 4. menginginkan dan terlibat dalam perencanaan serta organisasi dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar 5. yakin bahwa orang dapat belajar 6. yakin bahwa keadaan dapat diperhitungkan dan dikendalikan 7. menghargai orang lain, sadar akan harga diri orang lain 8. berpikir maju terhadap teknologi, percaya terhadap perkembangan ilmu dan teknologi 9. adil, orang modern percaya akan keadilan dalam pembagian Seseorang modern apabila ia mempunyai kesanggupan untuk membentuk dan mempunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan-persoalan yang tidak saja timbul di sekitarnya, tetapi juga di luarnya. Tingkat kemodernan menurut Inkeles, ditentukan

pula

oleh

faktor-faktor

yang

efektif

yakni

pendidikannya;

pemerintahan dan birokrasinya; komunikasi massa; dan pabrik atau usaha-usaha produktif dan administratif lainnya. Seorang ekonom, Hagen (1962), menggabungkan prinsip-prinsip psikologi ke dalam teori pembangunan ekonomi. Ia menyatakan perkembangan ekonomi juga harus dipahami dari sudut kepribadian kreatif. Menurut Hagen, perubahan

10

sosial tidak akan terjadi tanpa perubahan dalam kepribadian. Ia mengatakan bahwa kita dapat melukiskan kepribadian dari sudut kebutuhan, nilai-nilai dan unsur kognitif pandangan duniawi bersama-sama dengan tingkatan intelejensia dan energi. Kebutuhan menjadi satu dimensi penting dari kepribadian. Kebutuhan dapat digolongkan menurut kebutuhan itu digerakkan, agresif, pasif maupun dipelihara. Kebutuhan yang digerakkan termasuk kebutuhan untuk berprestasi, untuk mencapai otonomi dan untuk memelihara tatanan. Kebutuhan agresif ditujukan oleh kebutuhan untuk menyerang, kebutuhan untuk menghasilkan oposisi dan kebutuhan untuk mengungguli. Kebutuhan pasif mencakup kebutuhan untuk bergantung, berafiliasi dan untuk dibimbing oleh orang lain. Kebutuhan untuk dipelihara termasuk kebutuhan baik untuk memberi maupun menerima sesuatu sebagai sokongan, perlindungan dan belas kasih orang lain. Dengan demikian, kebutuhan sebagai satu dimensi penting dari kepribadian dan dapat dibedakan antara kepribadian inovatif dan kepribadian otoriter. Berdasarkan jenis kepribadian (Hagen, 1962) terdapat perbedaan penting dalam

segi

kebutuhan,

nilai-nilai

dan

kesadaran.

Kepribadian

inovatif

membayangkan lingkungan sosialnya mempunyai tatanan logis yang dapat dipahaminya. Selanjutnya lingkungan sosialnya menilai dirinya; namun penilaian itu dipandang berdasarkan atas prestasi dirinya, yang menyebabkan dirinya sangat menginginkan prestasi itu. Karena kepribadian inovatif mempunyai kebutuhan yang sangat besar untuk memelihara dan untuk meyakini nilai-nilainya sendiri, maka ia terdorong untuk berprestasi. Ciri-ciri kepribadian inovatif (Hagen, 1962) antara lain: kebutuhan terhadap otonomi dan keteraturan, kebutuhan untuk memelihara dan memikirkan kesejahteraan orang lain maupun kesejahteraan dirinya sendiri. Kualitas kepribadian di atas tidak hanya sesuai dengan kepribadian inovatif untuk pembangunan ekonomi, tetapi lebih mencerminkan kenyataan yang sebenarnya daripada kepribadian otoriter. Kepribadian otoriter membayangkan lingkungan sosialnya kurang teratur dibandingkan dengan dirinya sendiri. Ia tak yakin bahwa ia dinilai oleh lingkungan sosialnya. Ia membayangkan kekuasaan lebih sebagai fungsi dari posisi yang diduduki dibandingkan sebagai fungsi prestasi yang dicapai. Dalam kepribadian otoriter, pandangan kognitif mengenai duniawi dan

11

membangkitkan kemarahan harus ditahan. Karena itu, terdapat kebutuhan sangat besar untuk menundukan, kurangnya kebutuhan untuk memelihara dan kurangnya kebutuhan untuk berprestasi, tidak dapat memberikan bobot yang sama antara berbuat untuk kesejahteraan orang lain dan berbuat untuk kesejahteraan diri sendiri. Kepribadian inovatif menurut definisi ini termasuk ke dalam perilaku kreatif. Kepribadian inovatif memiliki kualitas yang dapat membantu perilaku kreatif. Menurut Hagen salah satu alasan mengapa individu tradisional tidak memiliki sifat inovatif adalah karena ia membayangkan dunia sebagai tempat yang kacau daripada sebagai tempat yang teratur yang dapat dianalisis. Karena itu dapat diperkirakan bahwa setiap masyarakat yang mengalami kemacetan ekonomi, diliputi oleh kepribadian otoriter. 2.2

Kajian Tentang Keberhasilan Koperasi Kata koperasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris “co-operation”. Co

berarti bersama, dan operation artinya bekerja, cooperation berarti bekerjasama. Walaupun demikian tidak setiap kerjasama dapat disebut koperasi. Definisi koperasi yang dikembangkan oleh Sumodiwirjo (1955), Undang-Undang No. 12 Tahun 1967, Moh. Hatta dan International Cooperative Alliance (ICA) (Brojosaputro, 1989) bahwa koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang, atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya. Adapun menurut Schars (Firdaus dan Susanto, 2004) menyebutkan bahwa koperasi suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nirlaba atau atas dasar biaya. Berkaitan dengan pandangan tersebut dapat dikatakan bahwa koperasi akan berkembang secara bertahap, dimana tantangan yang dihadapi pada setiap tahap adalah hasil perubahan struktur hak yang dialami pada tahap sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi merupakan organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau

12

badan hukum sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan dan solidaritas untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya. Pembentukan koperasi Menurut UU perkoperasian RI No. 25 Tahun 1992, koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang, sedangkan koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi. Pembentukan koperasi sebagaimana dimaksudkan di atas dilakukan dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar. Anggaran Dasar badan koperasi memuat beberapa hal, yaitu: a. daftar nama pendiri; b. nama dan tempat kedudukan; c. maksud serta tujuan dan bidang usaha; d. ketentuan mengenai keanggotaan; e. ketentuan mengenai rapat anggota; f. ketentuan mengenai pengelolaan; g. ketentuan mengenai permodalan; h. ketentuan mengenai permodalan; i. ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya; j. ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha; k. ketentuan mengenai sanksi.

Perangkat organisasi koperasi terdiri atas rapat anggota, pengurus dan pengawas. Rapat Anggota Pengawas Pengurus

Pengurus

Gambar 2. Perangkat Organisasi Koperasi

Rapat Anggota merupakan instansi tertinggi yang menentukan kebijakan koperasi, menentukan arah perkembangan koperasi serta menetapkan cara

13

pembagian sisa hasil usaha. Dalam badan usaha nonkoperasi rapat anggota dapat disamakan dengan rapat umum pemegang saham. Rapat Anggota menetapkan Anggaran Dasar dari koperasi dan juga kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi, menentukan pemilihan anggota pengurus pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan pengawas. Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Rapat tersebut diadakan paling sedikit dalam satu tahun. Pengelolaan koperasi dilakukan oleh pengurus yang diangkat oleh rapat anggota. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Untuk pertama kali, susunan dan nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian dan dengan masa jabatan pengurus paling lama 5 (lima) tahun. Pengurus diberi wewenang untuk menyelenggarakan rapat anggota (sebagai penyelenggara saja). Pengurus bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya kepada rapat amggota atau rapat anggota luar biasa. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola (manajer) yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada rapat anggota untuk mendapat persetujuan. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota dan bertanggung jawab kepada rapat anggota. Persyaratan untuk dapat dipilij dan diangkat sebagai anggota pengawas ditetapkan adalam Anggaran Dasar. Komunikasi/kontak antara rapat anggota, pengurus, dan pengawas sangat diperlukan agar organisasi koperasi dapat berjalan dengan baik. sem*ntara itu, pembagian hasil usaha kepada anggota berdasarkan pada jasa atau partisipasi masing-masing anggota pada koperasi. Prinsip koperasi adalah anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Dalam koperasi terdapat prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi koperasikoperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktek. Prinsip-prinsip koperasi adalah sebagai berikut: a.

Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b.

Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis

c.

Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

14

d.

Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

e.

Kemandirian Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula

prinsip koperasi sebagai berikut: a.

Pendidikan perkoperasian

b.

Kerjasama antar koperasi Dalam BAB II, bagian pertama pasal 4 UURI No.25/1992 (Firdaus dan

Santoso, 2004) diuraikan fungsi dan peran koperasi sebagai berikut: 1.

Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi sosialnya

2.

Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat

3.

Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya

4.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Gambaran dari fungsi dan peran koperasi Indonesia (Firdaus dan Santoso,

2004) sebagai berikut: 1.

Koperasi dapat mengurangi tingkat pengangguran

2.

Koperasi dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat

3.

Koperasi dapat berperan ikut meningkatkan pendidikan rakyat, terutama pendidikan perkoperasian dan dunia usaha

4.

Koperasi dapat berperan sebagai alat perjuangan ekonomi

5.

Koperasi Indonesia dapat berperan menciptakan demokrasi ekonomi

6.

Koperasi Indonesia berperan serta dalam membangun tatanan perekonomian nasional. Dalam perkembangan terakhir sejak diberlakukannya Inpres No. 18 Tahun

1998, maka berbagai macam/ jenis koperasi bermunculan sesuai dengan aspirasi masyarakat (Firdaus dan Santoso, 2004), antara lain: 1.

Koperasi tani (Koptan)

15

2.

Koperasi pondok pesantren (Koppontren)

3.

Koperasi wanita/koperasi an-nissa

4.

Koperasi agribisnis

5.

Koperasi pedagang pasar/kaki lima

6.

Koperasi industri/kerajinan

7.

Koperasi syariah (Kopsyah

8.

Koperasi serba usaha

9.

Koperasi kredit (Kopdit)

10. Koperasi di kalangan profesi (akuntan, arsitek, pengacara, dokter, dan lainlain) 11. Koperasi kelompok masyarakat tertentu (Pokmas). Keberhasilan Koperasi Keberhasilan koperasi dalam bisnis dan lingkungan yang dinamis tergantung kepada (1) daya saing dari pasar yang tercermin dari kepuasan pelanggan, kualitas produksi maupun maupun pelayanan dan tingkat harga, (2) efisiensi bisnis dalam hal pemanfaatan teknik produksi, metode kepemimpinan dan situasi

pasar, dan (3) perkembangan koperasi bisnis adalah program

perluasan (expansion program), kebutuhan pasar dan pengembangan serta tujuan (Enriquez, 1986) 1. Brojosaputro (1989) menyebutkan bahwa luasnya daerah pelayanan, beragamnya jenis usaha, langkanya tenaga terdidik dan terlatih di daerah pedesaaan menjadi unsur penyebab lemahnya manajemen sehingga berakibat kurang berhasilnya koperasi. Beberapa ukuran keberhasilan koperasi menurut beragam sumber yang dikemukakan (Brojosaputro, 1989), antara lain: 1.

Adi Sasono (1983) melihat bahwa partisipasi anggota dan masyarakat merupakan tiang penyangga keberhasilan koperasi

2.

Terlalu kecilnya modal yang dimiliki menyebabkan kecilnya sisa hasil usaha (SHU). Menurut Tim Universitas Gajah Mada, sisa hasil usaha (SHU)

1

Ginting, Meneth. 1999. Dinamika Organisasi Koperasi “Kajian Tentang Pengaruh FaktorFaktor Dinamika Organisasi Terhadap Keberhasilan Koperasi: Koperasi Unit Desa (KUD) dan Credit Union (CU) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara”. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

16

merupakan salah satu pengukur keberhasilan KUD karena koperasi yang dikatakan sebagai suatu lembaga ekonomi yang berwatak sosial tidak akan dapat melaksanakan watak sosialnya kalau lembaga tersebut tidak kuat dan tidak mandiri dalam segi ekonomi. Berdasarkan studi yang dilaksanakan Nasution (1990) mengenai KUD sebagai organisasi ekonomi pedesaan dengan melihat faktor-faktor penciri keberhasilan yang dikaitkan dengan pembangunan wilayah, menyimpulkan bahwa KUD telah berhasil sebagai alat pemerintah dalam pembangunan pedesaan karena .secara kuantitas jumlah anggota, modal, volume usaha dan sisa hasil usaha (SHU) dari KUD mengalami peningkatan. 2.3

Ikhtisar Berdasarkan pada uraian di atas, dapat dikatakan yang dimaksud sikap

adalah kesiapan seseorang untuk merespon terhadap suatu obyek secara konsisten, dapat bersifat positif atau negatif yang dapat diukur arah dan intensitasnya dengan memperhatikan perilaku yang mencerminkan penilaian kognisi, afeksi, dan kecenderungan untuk bertindak. Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Kemampuan berwirausahaan mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan mengelola usaha secara profesional terutama menuju suatu kunci keberhasilan dalam usaha. Beragam ciri kewirusahaan mempengaruhi keberhasilan usaha maupun pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bahkan menurut beberapa ahli sifat kewirusahaan mempengaruhi pertumbuhan suatu negara. Dapat dikatakan sifat kewirausahaan yang modern yang mampu mempercepat pertumbuhan tersebut. Sifat-sifat yang telah diuraikan tersebut diantaranya : motivasi berprestasi, pengambilan resiko, inovatif, kerja keras, bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, serta tepat pada waktunya, dan sebagainya. Kepribadian kewirausahaan yang demikian dapat mempengaruhi keberhasilan individu dalam aktivitasnya.

17

2.4

Kerangka Pemikiran Peranan sumber daya manusia (SDM) dalam aktivitas suatu organisasi

sangat diperlukan. Karena keberhasilan kinerja organisasi itu sendiri bergantung pada SDM yang berkualitas. Contohnya pada organisasi koperasi, pengurus merupakan sumber daya manusia bagi koperasi, mereka menjadi pilar kemajuan usaha dan perkembangan koperasi. Sebagai sumber daya penggerak, perlu adanya suatu sikap dari masing-masing pengurus karena sikap dapat menentukan kemajuan organisasi koperasi, terutama dalam kaitannya dengan sikap kewirausahaan. Ada atau tidaknya semangat berwirausaha pada koperasi sebagai ukuran untuk melihat sejauh mana kondisi koperasi, apakah koperasi tersebut berhasil atau tidak berhasil. Dengan demikian, dapat diketahui adanya sikap kewirausahaan, membantu koperasi menjadi berkembang dan maju. Sikap kewirausahaan merupakan bagian dari kepribadian pengurus dalam berkoperasi. Dengan adanya sikap kewirausahaan pada pengurus, membantu koperasi menjadi berhasil terutama ditengah-tengah arus globalisasi saat ini. Pada penelitian ini akan dilihat modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi pada masing-masing koperasi. Sikap modern dalam berwirausahaan yang banyak diacu merupakan pendapat beberapa ahli, diantaranya McClelland, Inkeles, Hagen dan para ahli lainnya, serta modifikasi dari peneliti. Modernitas sikap

kewirausahaan

dilihat

dari

beberapa

indikator

diantaranya:

(1)

mengutamakan prioritas, (2) pengambilan resiko, (3) keinovatifan, (4) sikap terhadap kerja, (5) penghargaan terhadap waktu, (6) motivasi berprestasi, (7) sikap percaya diri, dan (8) tanggung jawab individual. Kedelapan atribut sikap kewirausahaan tersebut merupakan atribut sikap yang melekat pada seorang usahawan yang berhasil. Sikap kewirausahaan tersebut merupakan pandangan modern terhadap atribut-atribut sikap dari individu pengurus koperasi. Sikap tersebut kemudian akan mempengaruhi perilaku individu untuk bertingkah laku. Namun, pada penelitian ini hanya akan melihat hubungan modernitas sikap kewirausahaan yang dimiliki pengurus koperasi terhadap keberhasilan koperasi belum pada bentuk tingkah laku yang nyata. Untuk variabel keberhasilan koperasi peneliti

18

menggunakan ukuran perkembangan jumlah anggota dan perkembangan sisa hasil usaha (SHU).

Gambar 3.

Kerangka Pemikiran Modernitas Sikap Kewirausahaan Pengurus Koperasi Modernitas Sikap Kewirausahaan: • Mengetahui Prioritas Utama • Pengambilan risiko • Keinovatifan • Penghargaan terhadap waktu • Kerja keras • Motivasi berprestasi • Tanggung jawab individual • Percaya diri

Tingkah Laku

Keberhasilan Koperasi: • Sisa Hasil Usaha (SHU) • Jumlah anggota

Keterangan :

Hubungan yang diuji Hubungan yang tidak diuji

2.5

Hipotesis Berdasarkan penjelasan mengenai skema kerangka pemikiran tersebut

maka pada penelitian ini akan diuji mengenai hubungan modernitas sikap kewirausahaan dengan keberhasilan koperasi. H0

: Tidak ada hubungan antara modernitas sikap kewirausahaan dengan keberhasilan koperasi.

H1

: Ada

hubungan

antara

keberhasilan koperasi.

modernitas

sikap

kewirausahaan

dengan

19

2.6

Definisi Konsep dan Definisi Variabel Modernitas sikap kewirausahaan adalah pandangan individu untuk

merespon secara konsisten terhadap ciri-ciri yang dimiliki seorang wirausahawan dari keenam pernyataan proyeksi dari masing-masing atribut sikap dengan empat alternatif jawaban. Adapun atribut modernitas sikap kewirausahaan tersebut meliputi sikap: 1)

Sikap mental mengutamakan prioritas adalah sikap yang mengarah pada kemampuan dalam mengutamakan prioritas yang lebih penting dari segala sesuatu yang ada dilingkungannya untuk mencapai tujuan berusaha. Sikap yang dianggap modern ditentukan dari kemampuan individu untuk mengutamakan prioritas dalam memanfaatkan baik informasi, dana, maupun kredit. Sedangkan, sikap yang tidak modern ditentukan dari kemampuannya untuk tidak bersedia mengutamakan prioritas dalam memanfaatkan baik informasi, dana, maupun kredit.

2)

Sikap mental mengambil resiko adalah sikap terarah yang mengacu kepada kemampuan

dalam

memperhitungkan

menanggung

kemungkinan

resiko

keberhasilan

lebih dan

modern

dengan

kegagalan

dalam

pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan usahanya. Seorang wirausaha modern akan cenderung menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada tantangannya, dan menjauhi resiko yang tinggi, karena mereka ingin berhasil. Dengan kata lain sikap modern dimiliki oleh mereka yang menyukai resiko sedang, dan sikap tidak modern dimiliki mereka yang menyukai resiko tinggi dan rendah, bahkan tidak berani untuk menanggung resiko sama sekali. 3)

Sikap mental inovatif adalah sikap terarah yang mengacu kepada kemampuan dalam menemukan ide-ide atau cara-cara baru yang lebih bermanfaat untuk meningkatkan keberhasilan baik produk maupun teknis pelaksanaan. Sikap modern dimiliki oleh mereka yang tertarik untuk mempelajari dan memperhitungkan hal-hal baru, memberikan gagasan dan alternatif untuk mendukung usahanya, sedangkan mereka yang memiliki sikap yang tidak modern yakni mereka yang tidak tertarik untuk mempelajari

20

dan memperhitungkan hal-hal di bidang usaha yang baru dan menemukan gagasan baru. 4)

Sikap mental yang mengunggulkan kerja keras adalah sikap terarah yang mengacu pada kemampuan menunjukkan untuk selalu terlibat dalam situasi kerja dan tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. Seorang yang mempunyai pandangan kewirausahaan yang modern akan bersikap optimis (tidak pasrah terhadap nasib) terhadap hasil pekerjaannya atau memiliki keyakinan bahwa setiap usaha suatu saat akan berkembang mencapai hasil yang memuaskan. Sedangkan, mereka yang tidak modern menyukai pekerjaan yang mudah (tanpa perlu kerja keras), tidak harus bekerja, serta tidak menyukai tantangan.

5)

Sikap mental menghargai waktu. Pandangan mengenai kerja keras memiliki kaitan erat dengan masalah penggunaan waktu yang efisien dan mutu hasil yang dikehendaki. Seorang wirausaha modern akan memandang waktu sebagai salah satu modal kerja, sehingga setiap jam akan dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat terutama dalam rangka memajukan usaha. Sedangkan, wirausaha yang tidak modern menganggap bahwa kegiatan yang bermanfaat seperti mengikuti pelatihan hanya akan membuang waktu, dan memaklumi orang jika tidak dapat menepati janji.

6)

Sikap memiliki motivasi berprestasi adalah keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. Motif ini muncul untuk melakukan sesuatu secara sukses dan menjauhi kegagalan. Seorang wirausaha yang modern

berambisi

untuk

mencapai

prestasi,

dan

berusaha

untuk

memperbaiki kinerja walaupun ia mengalami kegagalan. Sedangkan, mereka yang tidak modern menganggap bahwa kegagalan hanya menurunkan prestasi kerja, dan mereka tidak tertarik dengan ambisi untuk mencapai prestasi. 7)

Sikap mental percaya diri adalah sikap yang mengacu pada kemampuan yang menunjukkan sikap percaya kepada kemampuan sendiri, tidak raguragu dalam bertindak dan selalu optimis dalam segala situasi. Seseorang dengan sikap tidak modern tidak memiliki rasa percaya diri, dan pesimis

21

untuk melakukan sesuatu. Sedangkan, mereka yang memiliki sikap modern adalah mereka yang selalu optimis dan tidak ragu melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya. 8)

Sikap mental tanggung jawab individual. Pemikulan tanggung jawab disini, lebih berarti individualisme, di mana si pribadi sendiri yang akan merasakan dan menerima hasil dari keberhasilnnya maupun akibat dari kegagalannya. Besar keinginannya untuk bertanggung jawab ada kaitannya dengan kebebasan individu dalam membuat keputusan sendiri terutama dalam hal perkembangan usaha. Seorang yang modern memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk menyelesaikan tugasnya, bertanggung jawab terhadap perbuatannya, serta berupaya memperbaiki hasil usahanya. Sedangkan, mereka yang tidak modern adalah bersikap masa bodoh terhadap pekerjaannya, dan tidak bertanggung jawab terhadap kegagalan usahanya. Berdasakan uraian di atas, maka masing-masing tema sikap akan memiliki

skor antara 1 sampai dengan 4. Skor tersebut diperoleh dari rumus modernitas rata-rata. yang akan dibagi dalam dua kelompok kategori yakni modern dan tidak modern, dimana skor sikap yang tidak modern antara 1 sampai dengan 2,99; dan skor modern antara 3 sampai dengan 4.

22

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat. Alasan pemilihan lokasi karena pada wilayah Kecamatan Cibinong dominan terkonsentrasi oleh jenis koperasi karyawan yakni sebanyak 17,4 persen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2009. 3.2

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode sensus yakni mengambil seluruh

populasi koperasi. Kecamatan Cibinong lebih banyak koperasi dalam jenis usaha yaitu koperasi karyawan, sehingga kerangka sampling penelitian ini adalah koperasi karyawan yang masih aktif yakni sebanyak 52 koperasi karyawan. Akan tetapi, dari 52 kopersi karyawan yang tercatat di Dinas Perdagangan dan Perindustrian, peneliti hanya melakukan penelitian di 14 (empat belas) koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong, yang masih aktif dan memiliki data yang memenuhi kelengkapan informasi peneliti. Sejumlah 14 koperasi karyawan ini diteliti karena beberapa alasan diantaranya : 1.

Terdapat kesalahan administratif dari data Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Kesalahan tersebut, seperti: a. Kesalahan pencatatan nama koperasi yang double sebanyak 6 nama koperasi, b. Kesalahan pencatatan jenis usaha koperasi yang seharusnya menjadi bagian dari koperasi di luar koperasi karyawan tetapi masuk dalam kategori koperasi karyawan yakni sebanyak 6 koperasi, c. Ditemukan koperasi karyawan yang telah bubar sejak 2007 sebanyak 8 koperasi,

2.

Dari kesalahan administratif tersebut, terdapat sebanyak 32 koperasi karyawan yang diketahui masih aktif dan ada sejumlah 15 koperasi karyawan yang tidak bersedia dijadikan koperasi penelitian.

23

3.

Jumlah koperasi menjadi 17 koperasi karyawan yang bersedia diteliti, namun terdapat 3 koperasi karyawan yang kelengkapan datanya tidak memadai untuk penelitian ini. Dengan demikian, koperasi karyawan yang diteliti dan memenuhi syarat kelengkapan datanya ada sebanyak 14 koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini dipilih

karena dapat memberikan gambaran mengenai modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi, serta membantu dalam melihat hubungannya dengan keberhasilan suatu koperasi. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dengan responden menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Selanjutnya, data ditabulasikan berupa tabel frekuensi dan tabulasi silang. 3.3

Penentuan Objek Kajian dan Responden penelitian Unit analisis yang dipilih sebagai objek kajian adalah koperasi di

Kabupaten Bogor dengan sampel penelitian adalah koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong sebanyak 14 (empat belas) koperasi. Responden yang dipilih adalah pengurus koperasi yang terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, badan pengawas serta manajer/pengelola koperasi yang ditunjuk oleh pengurus. Responden pada masing-masing koperasi dipilih sebanyak 3 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana menggunakan undian. Dengan demikian, keseluruhan responden yang dipilih sebanyak 42 orang pengurus dari 14 koperasi karyawan. 3.4

Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder yang dijelaskan sebagai berikut: a. Data Primer Data primer pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan merupakan data yang diperoleh dari pengurus koperasi, yakni mengenai modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi yang diperoleh menggunakan kuesioner dengan beberapa pertanyaan proyeksi yang menyangkut sikap kewirausahaan. Selain itu, data primer pada penelitian ini adalah mengenai karakteristik pengurus sebagai

24

responden berdasarkan umur, jenis kelamin, lama kepengurusan di koperasi, profesi/pekerjaan dan pendidikan.

b. Data Sekunder Data sekunder pada penelitian ini adalah data dan informasi yang berkaitan dengan koperasi karyawan, yakni data mengenai perkembangan jumlah anggota dan sisa hasil usaha (SHU) pada dua titik periode, yakni Desember 2006 dan Desember 2008. Selain itu, diperlukan juga beberapa data dan informasi yang berkaitan untuk mendukung penelitian berupa data mengenai gambaran umum koperasi dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini yang diperoleh dari masing-masing koperasi, serta data dan informasi, baik dari Kantor Koperasi penelitian maupun Dinas Koperasi. 3.5

Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian, terlebih dahulu

melewati proses coding, scoring, untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam tabel frekuensi dan tabel tabulasi silang. Proses pengolahan data diuraikan sebagai berikut: a. Coding meliputi proses memberikan kode atau simbol pada setiap kategori jawaban responden baik dari karakteristik responden maupun tiap pernyataan sikap kewirausahaan. Proses coding dipakai untuk menyederhanakan jawaban responden dalam bentuk kode atau simbol tertentu. b. Scoring meliputi proses penyederhanaan jawaban responden atas pertanyaan modernitas yang dibuat konsisten dalam bentuk data ordinal pada masingmasing jawaban pertanyaan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, yaitu tentang bagaimana modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi karyawan Kecamatan Cibinong, akan menggunakan rumus skor modernitas rata-rata (Prasodjo, 1987) sebagai berikut :

25

X=

1 ⋅ n

n

(1 i ⋅ x i )

i =1

p

Keterangan rumus : X = skor modernitas rata-rata sikap kewirausahaan n = jumlah responden 1i = skor modernitas tiap kategori jawaban i = kategori responden xi = jumlah responden dalam tiap kategori p = jumlah pertanyaan

Dari rumus skor modernitas rata-rata sikap kewirausahaan tersebut, dibuat kategori modernitas sikap kewirausahaan, mencakup 2 tingkat yakni modern dan tidak modern. Untuk kategori modern memiliki skor modernitas yakni berkisar antara 3 sampai dengan 4, sedangkan untuk kategori sikap yang tidak modern skornya berkisar antara 1 sampai dengan 2,99. Rumus skor modernitas sikap kewirausahaan pengurus dilihat dengan dua cara, yaitu : 1. Melihat modernitas sikap kewirausahaan pengurus total untuk semua tema sikap kewirausahaan 2. Melihat modernitas sikap kewirausahaan pengurus untuk masing-masing tema sikap kewirausahaan Sedangkan, untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua yaitu tentang bagaimana hubungan modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi dengan keberhasilan koperasi akan menggunakan langkah sebagai berikut : 1. Menghitung skor modernitas sikap kewirausahaan masing-masing pengurus untuk masing-masing tema 2. Menghitung rata-rata skor modernitas sikap kewirausahaan dari tiga pengurus atau koperasi untuk masing-masing tema 3. Menghitung rata-rata skor modernitas sikap kewirausahaan pengurus dari tujuh koperasi (masing-masing koperasi berhasil dan koperasi tidak berhasil) untuk masing-masing tema. 4. Skor-skor pada point 3 dibuat ke dalam tabel yang memuat nilai-nilai : n, x, y, x1, y1, b1, dan b12 ( Gambar 4).

26

Gambar 4. Contoh Tabel Pengisian Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman

n 1 2 3 4 5 6 7 8

x

y

x1

y1

b1

b12

Total Keterangan tabel : n : banyaknya pasangan observasi (tema) X : skor modernitas rata-rata pengurus tiap koperasi di koperasi berhasil terhadap satu tema Y : skor modernitas rata-rata pengurus tiap koperasi di koperasi tidak berhasil x1 dan y1 merupakan urutan ranking dari skor tertinggi hingga terendah b1 : selisih dari rank xi dan yi

5. Integrasikan nilai-nilai pada tabel langkah empat ke dalam rumus Koefisien Korelasi Rank Spearman (Sugiyono, 2009) :

ρ =

6 ∑ b1 2 1 − n(n 2 − 1 )

Keterangan rumus : ρ atau rs = koefisien korelasi Rang Spearman n = banyaknya pasangan observasi b1 = selisih dari rank xi dan yi

Rumus tersebut digunakan karena data yang ada untuk kedua variabel adalah dalam bentuk data ordinal. Dan rumus tersebut sesuai digunakan untuk melihat korelasi dua variabel dengan bentuk data ordinal. Dengan demikian diperoleh keputusan uji sebagai berikut : 1. jika nilai ρ hitung < ρ tabel, maka terima H0, artinya modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak berhubungan dengan keberhasilan koperasi karyawan 2. jika nilai ρ hitung > ρ tabel, maka terima H1, artinya modernitas sikap kewirausahaan karyawan.

pengurus

berhubungan

dengan

keberhasilan

koperasi

27

c. Tabel frekuensi digunakan untuk menyederhanakan data hasil olahan dari proses coding karakteristik responden serta menyederhanakan gambaran modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi karyawan. Pada tabel frekuensi data disajikan dalam angka absolut dan persentase. d. Data modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi karyawan yang telah diolah kemudian ditabulasikan (menggunakan tabel tabulasi silang) dengan data keberhasilan koperasi. Keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari perkembangan jumlah (kuantitas) terhadap indikator-indikator: jumlah anggota koperasi; serta sisa hasil usaha (SHU). Perkembangan jumlah anggota koperasi dan sisa hasil usaha (SHU) akan dilihat pada dua titik periode waktu yakni pada Desember 2006 dan Desember 2008 menurut data dari koperasi tempat penelitian. Adapun uraian terhadap indikator berhasil atau tidak berhasilnya suatu koperasi sebagai berikut: Koperasi dikatakan berhasil jika 1) pada dua variabel/ukuran, baik jumlah sisa hasil usaha (SHU) maupun jumlah anggota yang dimiliki koperasi, sama-sama mengalami peningkatan, 2) pada salah satu variabel/ukuran, baik jumlah sisa hasil usaha (SHU) maupun jumlah anggota yang dimiliki koperasi, mengalami peningkatan diikuti dengan salah satu variabel yang tidak mengalami perubahan jumlah (tetap), dan 3) pada kedua variabel/ukuran, baik jumlah sisa hasil usaha (SHU) maupun jumlah anggota yang dimiliki koperasi, tidak mengalami perubahan jumlah (tetap). Koperasi dikatakan tidak berhasil jika 1) pada dua variabel/ukuran, baik jumlah sisa hasil usaha (SHU) maupun jumlah anggota yang dimiliki koperasi, sama-sama mengalami penurunan, 2) pada salah satu variabel/ukuran, baik jumlah sisa hasil usaha (SHU) maupun jumlah anggota yang dimiliki koperasi, mengalami penurunan diikuti dengan salah satu variabel yang tidak mengalami perubahan jumlah (tetap), dan

28

3) pada salah satu variabel/ukuran, baik jumlah sisa hasil usaha (SHU) maupun jumlah anggota yang dimiliki koperasi, mengalami peningkatan diikuti dengan penurunan pada variabel yang lain. 3.6

Kelemahan Studi Pada penelitian ini peneliti memperoleh beberapa kendala di lapangan.

Beberapa kendala tersebut antara lain dalam memperoleh sampel di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode sensus, yakni mengambil seluruh sampel dari suatu populasi. Akan tetapi melalui metode tersebut peneliti tidak memperoleh sampel secara keseluruhan karena ada beberapa koperasi yang tidak bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

Dengan demikian diperoleh 14 koperasi

karyawan dari 32 koperasi karyawan yang masih aktif di kecamatan Cibinong. Kendala lain adalah menyangkut validitas dan realibilitas data. Dari hasil uji validitas data, diperoleh gambaran bahwa alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel modernitas sikap kewirausahaan adalah signifikan. Dari hasil uji validitas diketahui bahwa pertanyaan yang disediakan tersebut cukup menggambarkan variabel sikap kewirausahaan yang terdiri dari delapan modernitas sikap kewirausahaan. Selain itu, dari hasil uji validitas untuk mengukur variabel keberhasilan ditemukan bahwa alat ukut tersebut adalah tidak signifikan.

Dengan

demikian,

variabel

keberhasilan

yang

diukur

dari

perkembangan jumlah anggota dan sisa hasil usaha (SHU) belum dapat menggambarkan keberhasilan koperasi. Akan tetapi dilihat dari uji realibilitas data, hasil pengukuran peneliti relatif kurang konsisten. Hasil pengukuran tersebut kurang konsisten karena saat di lapangan peneliti menemukan kendala untuk memperoleh data yang lebih spesifik untuk ditanyakan kepada responden melalui wawancara mendalam. Peneliti mengalami kesulitan dalam menjelaskan dan menguraikan pertanyaan mengenai sikap kewirausahaan kepada responden, sehingga beberapa responden mengalami kebinggungan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Selain itu, dalam upaya menguraikan pertanyaan, peneliti mengalami kesulitan karena ada beberapa responden yang tidak memiliki kesediaan waktu untuk diwawancara kembali dengan alasan sibuk. Peneliti memaklumi keadaan responden dan peneliti tidak dapat memaksakan keadaan tersebut kepada responden.

29

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DI LOKASI PENELITIAN

4.1

Koperasi di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Kabupaten Bogor, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Salah satu kecamatanya adalah Cibinong. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota RI dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 km2 terletak antara 6.190 lintang selatan dan 10601' -1070103' bujur timur. Kabupaten ini berbatasan dengan : Sebelah Utara

: Kabupaten Bekasi, Kota Depok

Sebelah Barat

: Kabupaten Lebak (Prop. Banten)

Sebelah Barat Daya

: Kabupaten Tangerang

Sebelah Timur

: Kabupaten Karawang

Sebelah Timur Laut

: Kabupaten Purwakarta

Sebelah Selatan

: Kabupaten Sukabumi

Sebelah Tenggara

: Kabupaten Cianjur

Sebelah Tengah

: Kotamadya Bogor

Tabel 2. Daftar Nama Kecamatan Berdasarkan Wilayahnya di Kabupaten Bogor. Wilayah Timur

Tengah

Barat

Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Cariu, Tanjung Sari. Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojong Gede, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendug, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas, Taman Sari, Tajur Halang Jasinga, Parung Panjang, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan, Rumpin, Tenjolaya, Tenjo

Sumber : Data Diperindag (2008)

Kabupaten Bogor memiliki 30 kecamatan, 427 desa/kelurahan, 3.516 RW dan 13.603 RT. Mayoritas 234 desa berlokasi pada ketinggian sekitar kurang dari 500 m terhadap permukaan laut, sedangkan 144 desa berlokasi pada ketinggian

30

antara 500 - 700 meter di atas permukaan laut dan sisanya 49 desa terletak 700 meter di atas permukaan laut. Pusat pemerintahan Kabupaten Bogor terletak di Kecamatan Cibinong, yang berada di sebelah utara Kota Bogor. Adapun daftar wilayah dan Kecamatan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan data ke-30 kecamatan tersebut, wilayah Kabupaten Bogor termasuk ke dalam wilayah penyebaran beragam jenis usaha koperasi diantaranya dapat dilihat pada Tabel 3. Beragam jenis koperasi tersebar luas di ketiga wilayah bagian Kabupaten Bogor. Diketahui bahwa jenis koperasi karyawan mendominasi di masing-masing wilayah. Persentase jumlah koperasi karyawan paling tinggi berada di wilayah Kabupaten Bogor bagian Tengah sebanyak 56,52 persen dari seluruh jenis koperasi yang ada di wilayah Kabupaten Bogor bagian tengah atau sebanyak 64,5 persen dari seluruh jenis koperasi karyawan di Kabupaten Bogor. Selanjutnya di wilayah Kabupaten Bogor bagian barat, dengan jenis koperasi karyawan, menempati posisi kedua yakni 18,7 persen. Kemudian pada wilayah Kabupaten Bogor bagian Timur, jenis koperasi karyawan menempati posisi ketiga yakni sebanyak 16,8 persen dari seluruh jenis koperasi karyawan yang ada di Kabupaten Bogor. Tabel 3. Sebaran Koperasi menurut Jenisnya di masing-masing wilayah di Kabupaten Bogor No

Jenis Koperasi

Barat ∑ (%)

Koperasi 49 (18,7) Karyawan Koperasi Serba 2 27 (38,6) Usaha (KSU) Koperasi 3 Pemasaran 17 (31,5) (KPmsr) 4 KPP 21 (42) 5 KSP 12 (31,6) 6 KP 7 (36,8) 7 Kop. Jasa 2 (25) Koperasi 8 0 (0) Sekunder Sumber : Data Diperindag (2008) 1

Tengah ∑ (%)

Timur ∑ (%)

Total ∑ (%)

169 (64,5)

44 (16,8)

262 (100)

32 (45,7)

11 (15,7)

70 (100)

32 (59,3)

5 (9,2)

54 (100)

27 (54) 23 (60,5) 11 (57,9) 4 (50)

2 (4) 3 (7,9) 1 (5,3) 2 (25)

50 (100) 38 (100) 19 (100) 8 (100)

1 (100)

0 (0)

1 (100)

Koperasi karyawan (Kopkar) di wilayah Kabupaten Bogor bagian tengah merupakan salah satu jenis koperasi yang paling mendominasi dibandingkan jenis

31

koperasi lainnya. Menurut data Dinas Koperasi (2008), Kecamatan Cibinong merupakan wilayah penyebaran koperasi karyawan. Koperasi karyawan yang meliputi koperasi karyawan pabrik maupun koperasi pegawai negeri. Koperasi karyawan yang berada di Kecamatan Cibinong pada umumnya beranggotakan hanya karyawan maupun pegawai instansi yang berkaitan, dengan bentuk pelayanan yang diberikan pada anggota adalah berupa pelayanan jasa simpan pinjam maupun kredit (atau cicilan barang) serta warung serba ada (waserba).

Tabel 4. Penyebaran Koperasi menurut Jenisnya di Kabupaten Bogor Bagian Tengah No 1

Wilayah Tengah Babakan Madang

KK

KSU

Kpmsr

KPP

KSP

KP

KJ

Total

6

-

-

-

1

-

-

7

2

Bojong Gede

6

6

4

3

1

2

-

22

3

Caringin

4

1

1

2

3

-

-

11

4

Ciawi

15

2

1

-

1

-

-

19

5

Cibinong

52

4

-

5

7

-

1

69

6

Cigombong

2

1

1

2

1

1

-

8

7

Cijeruk

3

-

-

1

-

3

1

8

8

Ciomas

4

1

1

4

1

-

-

11

9

Cisarua

5

-

3

1

-

-

-

9

10

Ciseeng

3

1

2

3

-

1

-

10

11

Citeureup

21

4

5

-

2

-

-

32

12

Dramaga Gunung Sindur Kemang Mega Mendung Parung

8

2

3

-

1

1

-

15

2

4

2

2

1

-

-

11

16

-

1

-

-

1

1

19

2

1

-

-

1

-

-

4

7

2

3

3

2

-

1

18

Ranca Bangur

4

-

1

-

-

-

-

5

13 14 15 16 17

18 Sukaraja 6 2 3 1 1 1 1 15 19 Taman Sari 3 1 1 1 6 Sumber : Data Diperindag (2008) Keterangan : Koperasi Karyawan (KK); Koperasi Serba Usaha (KSU); Koperasi Pemasaran (KPmsr); Koperasi Pondok Pesantren (KPP); Simpan Pinjam (KSP); Koperasi Pertanian,Peternakan, Perikanan (KP); dan Koperasi Jasa (KJ).

32

Cibinong terdiri dari 12 kelurahan diantaranya kelurahan Cibinong, Cirimekar, Ciriung, Harapan Jaya, Karadenan, Nanggewer, Nangggewer Mekar, Pabuaran, Pakansari, Pondok Rajeng, Sukahati dan Tengah. Luas wilayah kecamatan Cibinong adalah 4.336,96 ha/43,36 km. Pada wilayah kecamatan Cibinong

tersebar

wilayah

kantor

pemerintah

kabupaten

dan

wilayah

perindustrian baik tekstil, karosery maupun industri lainnya. Berdasarkan data Dinas Koperasi (2008), Kecamatan Cibinong menjadi salah satu wilayah bagian dari Kabupaten Bogor yang hampir 65 persen di wilayah kecamatan tersebut banyak terkonsentrasi oleh wilayah tempat badan pemerintahan daerah dan pabrik maupun perusahaan industri dibandingkan kecamatan lain yang tersebar di Kabupaten Bogor.

Gambar 5. Penyebaran Koperasi Karyawan di wilayah Kabupaten Bogor Bagian Tengah 60 52 50

Jumlah Koperasi

40 30 21 20 10

16

15 6

6

4

2

3

4

6

7

8

8

7

6

5

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

3

2

2

4

3

0 1

2

3

4

5

Kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor Bagian Tengah

Keterangan Gambar: 1. Babakan Madang 6. Cigombong 2. Bojong Gede 7. Cijeruk 3. Caringin 8. Ciomas 4. Ciawi 9. Cisarua 5. Cibinong 10. Ciseeng

11. Citeureup 12. Dramaga 13. Gunung Sindur 14. Kemang 15. Mega Mendung

16. Parung 17. Ranca Bangur 18. Sukaraja 19. Taman Sari

33

Pada tabel dan gambar mengenai penyebaran koperasi, terlihat bahwa Kecamatan Cibinong merupakan salah satu kecamatan yang memiliki wilayah penyebaran koperasi karyawan terbanyak dibandingkan wilayah lainnya. Koperasi karyawan menempati peringkat pertama dengan jumlah koperasi karyawan sebanyak 52 koperasi karyawan, kemudian disusul oleh koperasi simpan pinjam, koperasi pondok pesantren, koperasi serba usaha serta koperasi jasa. Kelima jenis usaha koperasi ini merupakan jenis usaha koperasi yang terdaftar pada Dinas Koperasi. Sedangkan, pada jenis usaha koperasi pemasaran dan koperasi peternak/pertanian/perikanan tidak muncul sama sekali. 4.2

Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Berdasarkan gambar mengenai penyebaran jenis koperasi di Kecamatan

Cibinong diketahui sebanyak 76 persen atau sekitar 52 koperasi karyawan yang berada di kecamatan tersebut. Pada jenis koperasi pemasaran dan koperasi pertanian/perternakan/perikanan dan koperasi sejenisnya tidak terdaftar bahkan tidak ada di kecamatan tersebut. Kebanyakan dari koperasi-koperasi karyawan di Kecamatan

Cibinong

merupakan

koperasi

yang

berdiri

dan

terbentuk

dilingkungan kedinasan pemerintah daerah setempat dan perusahaan Koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong merupakan koperasi yang berdiri dan diprakarsai, oleh pegawai kedinasan maupun karyawan perusahaan yang kemudian tergabung dalam kumpulan organisasi koperasi. Pembentukan koperasi didasarkan oleh adanya kesamaan pemikiran dan kebutuhan akan pentingnya kesejahteraan sosial ekonomi anggota pegawai dinas dan karyawan. Azas kebersamaan dalam pembentukan koperasi menjadi salah satu dasar bagi anggota untuk membentuk sebuah koperasi yang maju dan mandiri. Berdasarkan data dari Dinas koperasi dari sejumlah koperasi karyawan yang ada di wilayah Kecamatan Cibinong terdapat beberapa koperasi yang mengalami kesalahan teknis administratif seperti kesalahan pendataan nama dan jenisnya sehingga diketahui terdapat 34 koperasi aktif (Tabel 5). Koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong merupakan salah satu jenis kopersi terbanyak dibandingkan wilayah kecamatan lain. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi (2008), koperasi karyawan dimiliki oleh beberapa dinas

34

dan perusahaan. Koperasi karyawan beranggotakan pegawai dinas atau karyawan perusahaan itu sendiri. Secara umum, koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong merupakan koperasi karyawan yang telah memiliki Nomor Badan Hukum sebagai identitas koperasi. Bahkan ada pula beberapa koperasi yang telah memiliki surat ijin berdagang, jika koperasi tersebut hendak mengembangkan usaha di bidang warung serba ada atau toko.

KSP (10%)

KJ (1%)

KPP (7%) KK (76%)

KSU (6%)

KK

KSU

KPP

KSP

KJ

Gambar 6. Penyebaran Jenis Koperasi di Kecamatan Cibinong, Bogor

Berdirinya koperasi karyawan di lingkungan dinas atau perusahaan merupakan suatu wujud kepedulian pegawai terhadap keadaan pegawai yang berkerja di instansi tersebut. Koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong terbentuk sebagai upaya menyejahterahkan kehidupan sosial ekonomi anggotanya. Kebanyakan koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong terbentuk beberapa saat setelah instansi yang bersangkutan resmi berdiri. Bahkan, nama koperasi di masing-masing instansi didasarkan atas nama semboyan instansi tempat anggota koperasi bekerja. Bahkan, nama koperasi diambil dari nama instansi tersebut. Pada umumnya, koperasi karyawan Kecamatsn Cibinong memiliki tujuan, visi dan misi yang sama dalam membangun suatu koperasi, yakni selain untuk menyejahterakan sosial ekonomi seluruh anggota koperasi juga berperan dalam membantu anggota untuk lebih cermat dalam berkoperasi.

35

Tabel 5. Koperasi Karyawan yang masih aktif di Kecamatan Cibinong, Bogor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Nama Koperasi Koperasi Warga Konstruksi Kopkar LIGNA SEJAHTERA (PT. Hadinata Brothers) Kopkar Rimba Mulia KPRI Amanah Kantor Dept. Agama Kab. Bogor KPRI Cipta Karya / Kop. Adipura KPRI Setia Rukun PRIMKOP ABRI Cibinong Koperasi Keluarga Limnologi KPRI Bakosurtanal Primkopad Yon Bek Ang 1/1 Kostrad Kopkar PT. Anggada Perkasa (Swaka Tantra) Kopkar PT. Serena "Mekar 88" Kopkar Sejahtera Bersama "BANK BUKOPIN" KPN SMAN 1 Cibinong Koperasi Pegawai Bina Marga dan Pengairan KOPKAR PT. Perpetti Van Mele Indonesia KOPKAR PT. Rahayu Santosa KOPKAR PT. TATO Koperasi Bhakti Adiguna Kopkar Dasar Rukun Handayani Kop. Dipenda Kopeg RS Cibinong Koperasi Bank Jabar Koperasi Bawasda Koperasi Karyawan Kabupaten Bogor/K3B Koperasi Kejaksaan Koperasi KPM Kab. Bogor/BPMKS KPN BAPEDA KAB. BOGOR KPN DPRD KAB. BOGOR Primkopad Kodim 0621 Primkopad Polres Bogor Silva Lestari/Dinas Kehutanan ORIZA SATIVA/Dinas Pertanian

Sumber : Data diolah dari Dinas Koperasi (2009)

Lokasi Sukahati Ciriung Pemda Pemda Pemda Pemda Sukahati Cibinong Cibinong Cibinong Ciriung Ciriung Ciriung Ciriung Harapan Jaya Nanggewer Mekar Nanggewer Nanggewer Pakansari Pakansari Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda

36

Berdasarkan data dari sampel koperasi penelitian diketahui bahwa terdapat beberapa koperasi yang telah berdiri sebelum tahun 90-an. Ada pula beberapa koperasi yang berdiri setelah tahun 90-an. Pada masa perkembangannya, beberapa koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong pernah mengalami jatuh bangun. Bahkan, hampir mengalami pembubaran koperasi. Kegoyahan atau jatuh bangun tersebut disebabkan oleh karena pengurus yang kurang terampil dan jujur mengelola koperasi, banyak anggota yang mutasi ke luar daerah maupun ke luar dinas dan perkembangan usaha (seperti waserba) yang kurang menguntungkan. Beberapa koperasi harus mengalami kevakuman sem*ntara. Namun, kevacuman tersebut tidak serta merta membawa koperasi pada masa pembubaran. Kemudian, untuk menghindari keadaan tersebut koperasi berinisiatif untuk melakukan pergantian terhadap pengurus serta inovasi baru untuk memperbaiki masalah di koperasi. Koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong merupakan koperasi yang mandiri yang berbadan hukum dan memiliki Rapat Anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di koperasi. Rapat Anggota biasanya dilakukan setiap satu tahun sekali berdasarkan kebutuhan anggota koperasi, atau biasa disebut dengan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Koperasi-koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong merupakan koperasi yang taat dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Rapat Anggota. Bahkan dalam Rapat Anggota di masing-masing koperasi, anggota dibebaskan untuk menyuarakan pendapat dan usulannya yang memihak, serta menguntungkan bagi seluruh anggota koperasi. Selain itu, koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong tergolong koperasi yang mandiri dari segi ekonomi. Dari keseluruhan koperasi penelitian diketahui bahwa koperasi-koperasi karyawan Kecamatan Cibinong merupakan koperasi yang mandiri dalam hal pengembangan modal koperasi. Terbukti dari awal mula pengembangan modal koperasi adalah berasal dari anggota. Modal koperasi dihimpun dari iuran atau simpanan wajib, simpanan pokok dan simpanan sukarela. Besaran ketiga simpanan tersebut telah ditetapkan sebelumnya oleh anggota dalam Rapat Anggota. Masing-masing koperasi karyawan memiliki besaran simpanan yang berbeda, menurut ketentuan dan kemampuan membayar.

37

Simpanan pokok adalah simpanan yang dibayarkan oleh anggota saat pertama kali menjadi anggota koperasi. Besarnya simpanan pokok yang dibebankan pada anggota adalah sama. Untuk simpanan wajib adalah simpanan yang dibayar oleh anggota setiap bulannya kepada koperasi. Setiap anggota dibebankan simpanan wajib yang biasanya dibedakan berdasarkan golongan. Perbedaan pembayaran simpanan wajib kepada anggota berdasarkan golongan berlaku di beberapa koperasi pegawai kedinasan. Adanya perbedaan besar biaya simpanan wajib tersebut dimaksudkan untuk meringankan anggota terutama pada pegawai golongan 1 dan 2 serta pegawai honor. Pada pegawai atau karyawan perusahaan tidak terdapat perbedaan dalam hal besaran simpanan wajib. Selain itu, simpanan sukarela adalah simpanan yang besarnya relatif sesuai kesediaan anggota untuk membayar atau tidak membayar. Pada beberapa koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong besarnya simpanan sukarela adalah relatif. Namun, terdapat pula simpanan sukarela yang besarnya telah ditetapkan berdasarkan kesepakatan

anggota.

Besarnya

simpanan

sukarela

adalah

berdasarkan

kesukarelaan anggota untuk membayar. Ada pula beberapa anggota yang tidak membayar simpanan sukarela. Selain modal yang berasal dari simpanan anggota, baik simpanan pokok, wajib, maupun sukarela. Beberapa koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong melakukan pemutaran dan pengembangan modal yang salah satunya melalui usaha di bidang dagang seperti warung sembako, warung serba ada (waserba) yang menjual alat tulis kantor, foto kopian, cicilan barang kepada anggota koperasi sampai kepada membuka usaha warung makan/catering. Usaha tersebut diyakini berhasil oleh seluruh anggota koperasi, karena melalui usaha tersebut dapat membantu modal koperasi maupun mengembangkan keuntungan bagi anggota koperasi agar semakin meningkat. Beberapa koperasi karyawan kedinasan, seperti Bakosurtanal, Limnologi LIPI, Rimba Mulya, Bhakti Adiguna, DPKBD, Primkoppol, Bersama, dan Oryza Sativa. Koperasi karyawan perusahaan, seperti Ligna dan Dasar Rukun membuka usaha warung serba ada, warung sembako, fotokopian bahkan catering. Akan tetapi, untuk koperasi karyawan, seperti Adipura, Silva Lestari, dan Setia Rukun dan koperasi perusahaan, seperti Rahayu Santosa dan Swaka Tantra tidak

38

membuka peluang usaha seperti warung serba ada (waserba) dan sebagainya. Fokus utama pelayanan koperasi kepada anggota adalah hanya pada simpan pinjam dan cicilan kredit barang yang diperlukan anggota koperasi. Kegiatan simpanan pinjam dan cicilan kredit barang merupakan kegiatan pokok yang dilakukan oleh koperasi, karena tujuannya adalah untuk membantu anggota mendapatkan barang maupun pinjaman dengan bunga yang ringan dibandingkan harus meminjam ke bank atau lembaga keuangan lainnya. Kedua kegiatan tersebut memiliki aturan dalam perhitungan jasa pinjaman (bunga pinjaman) oleh anggota pada koperasi. Pada kegiatan pinjaman dan cicilan barang, anggota hanya dikenakan jasa pengembalian sebesar 1- 2 persen per bulan. Jasa pengembalian tersebut biasanya dikembalikan dalam jangka waktu 10 kali atau 10 bulan. Kegiatan simpan pinjam maupun cicilan kredit barang dilakukan dan hanya dikhususkan bagi anggota koperasi. Dengan jangkauan pelayanan pada anggota koperasi saja. Akan tetapi berbeda dengan kegiatan warung serba ada. Koperasi membuka peluang kepada warga yang non anggota koperasi untuk berkunjung dan membeli secara tunai kepada koperasi. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh koperasi kepada anggota adalah bertujuan untuk kesejahteraan anggota. Kesejahteraan tersebut ditandai dengan adanya peningkatan sisa hasil usaha bagi anggota yang dihitung setiap tahunnya oleh koperasi masing-masing. Bagi beberapa koperasi karyawan, seperti koperasi Bakosurtanal, Oryza Sativa, Ligna Sejahtera, Dasar Rukun, dan DPKBD kesejahteraan kepada anggota koperasi juga ditandai dengan pemberian bingkisan untuk seluruh anggota setiap tahunnya (biasanya pada waktu menjelang lebaran) serta pemberian beasiswa bagi anak yang berprestasi dengan peringkat pertama di sekolahnya (khusus bagi anak anggota koperasi). Dengan bukti dan tanda tersebut ternyata koperasi peduli, mampu menyejahterakan anggota koperasi dan mempertahankan loyalitas anggota kepada koperasi itu sendiri. Berdasarkan data di masing-masing koperasi, ada beberapa koperasi yang melibatkan pegawai honor atau pegawai lepas sebagai bagian dari anggota koperasi. Salah satunya terdapat di beberapa koperasi kantor kedinasan. Koperasinya mengikutsertakan pegawai honor untuk menjadi anggota koperasi.

39

Di beberapa koperasi karyawan perusahaan untuk karyawan honor maupun karyawan lepas tidak dilibatkan dalam keanggotaan koperasi. Dilihat dari perkembangannya jumlah anggota, beberapa koperasi karyawan mengalami cukup peningkatan yang tidak terlalu tajam. Walaupun ada beberapa koperasi penelitian yang mengalami penurunan dalam hal

jumlah

anggota. Penurunan tersebut terjadi karena adanya mutasi karyawan pada beberapa koperasi pegawai dinas, sehingga jumlah anggota koperasi ikut berkurang. Bahkan di beberapa koperasi karyawan perusahaan mengalami penurunan jumlah anggota akibat adanya pengurangan jumlah karyawan, seperti terjadi pada koperasi Ligna Sejahtera dan Dasar Rukun. Sehingga berdampak pada jumlah anggota koperasi yang bersangkutan. Ada beberapa koperasi karyawan yang memiliki karyawan. Karyawan ditunjuk dan dipilih oleh koperasi adalah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh koperasi. Karyawan diangkat dan diberhentikan oleh koperasi, khususnya berdasarkan persetujuan rapat anggota (RA). Karyawan yang dimiliki oleh sebuah koperasi bertugas untuk mengelola usaha koperasi, biasanya karyawan ditugaskan untuk menjaga warung atau toko koperasi tersebut. Walaupun tugas dan fungsinya hampir sama dengan seorang manajer atau pengelola yang ditunjuk oleh pengurus. Akan tetapi, seorang karyawan di koperasi terikat oleh kontrak untuk bekerja di toko atau warung koperasi dan bukan merupakan anggota dari koperasi yang bersangkutan. Dengan demikian, karyawan diberi honor oleh koperasi atas hasil kerja kerasnya kepada koperasi. Sedangkan, manajer atau pengelola koperasi tidak terikat kontrak kerja untuk mengelola koperasi dan seorang manajer juga merupakan anggota koperasi yang bersangkutan. 4.3

Karakteristik Responden Dari 42 responden yang dipilih secara acak pada penelitian ini, diketahui

sebanyak 33 persen responden menjabat sebagai pengawas koperasi, 29 persen responden menjabat sebagai ketua koperasi, 21persen dari responden adalah bendahara koperasi, 12 persen responden menjabat sebagai sekretaris koperasi dan

40

5 persen sisanya adalah manajer/pengelola yang ditunjuk oleh pengurus untuk mengelola koperasi. Sekitar 81 persen atau sebanyak 34 orang dari 42 responden yang diambil secara acak pada penelitian ini diketahui adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki. Dan sisanya sebanyak 19 persen yakni 8 orang responden adalah berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil pengolahan penelitian diperoleh sebaran responden menurut jenis kelamin serta jabatan yang dipegang oleh responden di masing-masing koperasi karyawan. Kedua komposisi tersebut agak beragam bila digabungkan (Tabel 6). Namun, keragaman kuantitas tersebut tidak terlalu besar, hanya saja komposisi peran sebagai pengurus sedikit lebih banyak didominasi oleh responden berjenis kelamin laki-laki dibandingkan responden berjenis kelamin perempuan. Ditemukan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak mengambil tugas sebagai ketua koperasi, bahkan hal yang sama terjadi pada sekretaris, bendahara, pengawas dan manajer koperasi. Dengan jumlah yang demikian dapat diketahui bahwa individu dengan jenis kelamin laki-laki lebih aktif berperan sebagai pengurus di koperasi karyawan. Tabel 6. Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin dan Jabatan di Koperasi Karyawan Kecamatan, Cibinong (dalam absolut dan persentase, 2009)

Jabatan di Koperasi Ketua Sekretaris Bendahara Pengawas Manajer/Pengelola Total

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan ∑(%) ∑(%) 13 (38) 0 (0) 3 (9) 2 (25) 5 (15) 4 (49) 12 (35) 1 (13) 1 (3) 1 (13) 34 (100) 8 (100)

∑(%) 13 (31) 5 (12) 9 (21) 13 (31) 2 (5) 42 (100)

Berdasarkan periode lama kepengurusan responden di koperasi karyawan terdapat suatu keragaman antara responden yang satu dan lainnya. Lama kepengurusan reponden di masing-masing koperasi karyawan didominasi oleh kelompok 2, yakni kelompok responden dengan lama kepengurusan 3 sampai dengan 5 tahun, yaitu sebanyak 17 orang responden. Diikuti oleh kelompok 4,

41

yakni kelompok responden dengan lama kepengurusan di atas 10 tahun sebanyak 12 orang responden. Sedangkan dua kelompok lainnya, yakni kelompok 1 dengan lama kepengurusan responden di koperasi adalah dibawah 2 tahun sebanyak 7 orang responden serta kelompok 3 dengan lama kepengurusan responden di koperasi adalah 6 sampai dengan 9 tahun sebanyak 6 orang (Tabel 7). Lama kepengurusan tersebut tergantung dari periode jabatan sebagai pengurus yang telah ditetapkan oleh koperasi dengan rata-rata lama kepengurusan selama 3 sampai 5 tahun. Namun, bagi pengurus dengan lama kepengurusan selama lebih dari 5 tahun disebabkan oleh mereka masih diperkenankan menjadi pengurus oleh rapat anggota. Tabel 7. Responden menurut Lama Kepengurusan di Koperasi Lama Kepengurusan < 2 tahun 3 - 5 tahun 6 - 9 tahun > 10 tahun Jumlah

Jumlah 7 17 6 12 42

(%) 16,7 40,5 14,2 28,6 100

Berdasarkan hasil olahan terhadap usia masing-masing responden diketahui bahwa usia rata-rata dan paling banyak responden berada pada usia di atas 40 tahun dan terdapat pula beberapa orang responden yang berada pada usia di bawah 40 tahun. Dengan keragaman usia yang demikian, maka usia responden di bagi ke dalam empat kelompok usia, yakni usia di bawah 30 tahun, usia antara 31 sampai dengan 40 tahun, usia 41 sampai dengan 50 tahun, dan usia di atas 50 tahun. Dari 42 orang responden di koperasi karyawan, 50 persen responden termasuk ke dalam bagian kelompok usia 41 sampai dengan 50 tahun. Dari persentase yang demikian, diketahui pula sebanyak 29 persen pengurus tergolong ke dalam usia diatas 51 tahun. Sedangkan pada usia yakni 31 hingga 40 tahun terdapat sejumlah 19 persen dan sisanya adalah pengurus dengan usia yang kurang dari 30 tahun yakni sebanyak 1 orang (Tabel 8).

42

Tabel 8. Responden Menurut Usia Usia < 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun > 51 tahun Jumlah

Jumlah 1 8 21 12 42

(%) 2 19 50 29 100

Variasi pekerjaan atau profesi dari responden sebagai pengurus koperasi karyawan di kecamatan Cibinong didominasi oleh pegawai dinas atau pegawai negeri sipil (PNS) yakni sebanyak 50 persen. Adapun pekerjaan responden sebagai karyawan di suatu perusahaan adalah sebanyak 43 persen dan sisanya adalah berprofesi sebagai TNI AD yakni sebanyak 7 persen. Beragamnya pekerjaan diantara responden menunjukkan bahwa ada keragaman dari seluruh pengurus koperasi karyawan di kecamatan Cibinong. Dan dapat diketahui bahwa latar belakang profesi atau pekerjaan yang dilakukan pengurus koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong didominasi oleh kelompok responden dengan profesi sebagai pegawai negeri sipil (Tabel 9).

Tabel 9. Responden menurut Pekerjaannya Pekerjaan PNS Karyawan/Pegawai TNI AD Jumlah

Jumlah 21 18 3 42

(%) 50 43 7 100

Variabel pendidikan dari karateristik responden pada penelitian ini dibatasi hanya pendidikan formal, yaitu pendidikan yang diperoleh selama masa sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh responden selama hidupnya terdapat dua kelompok yang lebih mendominasi. Kedua kelompok tersebut adalah kelompok yang berpendidikan tamat SMA dan perguruan tinggi. Terdapat 36 persen atau sebanyak 15 orang responden yang tergolong kelompok pengurus yang telah menyelesaikan pendidikannya di SMA. Sedangkan, 64 persen atau sebanyak 27 orang responden/pengurus yang telah menyelesaikannya pendidikannya di tingkat perguruan tinggi. Kedua kelompok pendidikan formal tersebut lebih mendominasi pengurus koperasi karyawan di

43

Kecamatan Cibinong. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh faktor situasi tempat pengurus bekerja maupun faktor persyaratan pengurus sebagai pegawai baik di kantor kedinasan maupun perusahaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Responden menurut Pendidikan Formal Pendidikan Formal Tamat SMA Perguruan Tinggi Jumlah

Jumlah

(%)

15 27 42

36 64 100

Selain dari pendidikan formal yang pernah diikuti oleh masing-masing responden. Maka terdapat pula pendidikan informal yang pernah diikuti oleh responden seperti pelatihan maupun kursus untuk meningkatkan keterampilan responden. Diketahui bahwa sekitar 67 persen atau sebanyak 28 orang responden yang pernah mengikuti beberapa pelatihan ataupun kursus untuk meningkatkan keterampilan mereka. Dan sisanya 33 persen atau sekitar 14 orang responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan. Dari keikutsertaan responden akan pelatihan maka dalam penelitian ini diuraikan bentuk pelatihan yang khusunya berhubungan dengan pelatihan tentang koperasi. Dari 28 orang responden ditemukan 20 orang yang pernah mengikuti pelatihan tentang koperasi dan sisanya adalah sebanyak 8 orang responden yang mengikuti pelatihan yang tidak berkaitan dengan koperasi. Pola yang sama ditujukan juga pada karakteristik pendidikan informal responden yakni sebanyak 39 persen responden pernah mengikuti pelatihan, baik tentang koperasi maupun pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan pengurus, dengan pendidikan formal adalah tamat SMA. Sebanyak 61 persen responden pernah mengikuti pelatihan informal dan telah menyelesaikan pendidikan formalnya di perguruan tinggi. Kebanyakan responden pernah mengikuti pelatihan mengenai manajemen dan akuntansi yang berkaitan dengan koperasi.

44

Berdasarkan data di lapangan diketahui pula bahwa terdapat sebanyak 71 persen responden, dari sejumlah responden yang pernah mengikuti pendidikan informal, yakni pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan tentang koperasi. Sedangkan 19 persen responden yang lainnya, tidak berkaitan dengan bidang koperasi. Responden dengan keikutsertaannya dalam pelatihan tentang koperasi adalah pelatihan mengenai kewirausahaan, keuangan koperasi, pengawasan koperasi, administrasi koperasi, dan pelatihan lainnya yang berkaitan dengan koperasi. (lihat tabel 11).

Tabel 11. Sebaran Responden menurut Pendidikan Informal yang pernah diikuti berkaitan dengan bidang koperasi dan Pendidikan Formal di Koperasi Karyawan Kecamatan, Cibinong (dalam absolut dan persentase, 2009) Pendidikan Informal Bidang Koperasi Non Koperasi Total

Pendidikan Formal Tamat SMA Perguruan Tinggi ∑(%) ∑(%) 10 (90) 10 (59) 1 (9) 7 (41) 11 (100) 17 (100)

∑(%) 20 (71) 8 (19) 28 (100)

45

BAB V MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI KARYAWAN KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

Pada penelitian ini, 69 persen responden sudah menunjukkan sikap yang modern terhadap delapan tema sikap kewirausahaan. Kecenderungan tersebut diperoleh dari skor modernitas rata-rata seluruh responden terhadap ke delapan tema sikap kewirausahaan yakni 3,15. Apabila dilihat dari masing-masing tema sikap kewirausahaan, ditemukan tujuh tema yang sudah menunjukkan pandangan yang modern oleh pengurus sedangkan satu tema lainnya belum menunjukkan pandangan yang modern. Tema itu ada pada tema kedua mengenai sikap mental bersedia menanggung resiko dengan skor 2,73 (Tabel 12). Tabel 12. Sebaran Skor Modernitas Rata-Rata Responden Berdasarkan Tema Sikap Kewirausahaan, di Kecamatan Cibinong (2009) Tema Sikap Kewirausahaan Skor Modernitas Rata-rata

1

2

3

4

5

6

7

8

3,27

2,73

3,25

3,07

3,11

3,35

3,18

3,25

Seluruh Tema Kewirausahaan

3,15

Bila sikap kewirausahaan responden tersebut dijabarkan ke dalam masingmasing tema maka akan tampak hal-hal sebagai berikut: 1.

Sikap Mental Mengutamakan Prioritas (Tema 1) Dari hasil temuan di lapangan ternyata pandangan modernitas sikap

responden dalam menanggapi tema ini menghasilkan skor rata-rata dengan corak pandangan sikap kewirausahaan yang modern. Skor rata-rata modernitas yang diperoleh adalah 3,27. Tema sikap ini diuraikan dalam bentuk 6 buah pertanyaan proyeksi untuk menggali prioritas utama responden dalam memanfaatkan kredit, informasi dan dana. Kecenderungan yang modern terhadap tema sikap ini tidak hanya didasarkan pada keputusan untuk memanfaatkan peluang kredit atau dana secara langsung tetapi didasarkan atas pemahaman tentang prioritas yang diutamakan untuk kepentingan dirinya dan keberhasilan usahanya.

46

Bila ditelaah lebih lanjut, responden setuju mengenai kecenderungan dalam memanfaatkan peluang kredit untuk menambah modal dan memanfaatkan peluang dana yang ditabung untuk dimanfaatkan di masa mendatang. Responden mengetahui prioritas yang diutamakan untuk keberhasilan usahanya. Bagi mereka informasi menjadi prioritas utama untuk acuan dalam mengambil suatu keputusan. Berkaitan dengan memanfaatkan dana maupun kredit, beberapa responden berpandangan bahwa hal tersebut menjadi prioritas utama untuk melanjutkan usaha dan memutar keuangan. Mengenai hal tersebut seorang responden mengungkapkan demikian: ”Saya sangat senang memanfaatkan peluang untuk keberhasilan usaha di koperasi. Sebagai penanggung jawab pengelola di waserba ini saya harus pintar-pintar mengelola dana dari koperasi. Saya harus memprioritaskan peluang yang coco*k untuk keberlansungan usaha di koperasi ini. Salah satunya ketika koperasi memberikan sejumlah dana untuk dipertanggung jawabkan kepada pengurus, maka kami harus hati-hati menggunakan. Mana yang baik dan menguntungkan bagi koperasi akan kami ambil dan kami gunakan seperlunya...” (SW, 49 tahun). Dengan ungkapan yang demikian, menunjukkan bahwa pengurus memiliki sikap yang modern dalam memahami prioritas utama untuk menggunakan dan memanfaatkan peluang yang ada baik informasi, dana maupun kredit.

2.

Sikap Mental Mengambil Resiko (Tema 2) Dari data yang diperoleh ternyata sebagian dari responden berpandangan

tidak modern terhadap sikap kewirausahaan ini dengan skor rata-rata modernitas sikap ini adalah sebesar 2,73. Pandangan sikap pengambilan resiko diuraikan dalam bentuk enam pertanyaan proyeksi untuk menggali pandangan modernitas responden dalam membuat keputusan usaha. Tingkat modernitas sikap pengambilan resiko ditentukan dari keputusan responden dalam memilih jenis resiko usaha, yaitu tidak semata-mata atas faktor keinginan mendapatkan untung yang besar, tetapi juga didasarkan atas pengetahuan dan perhitungan bahwa keahliannya dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Dengan kata lain sikap yang modern tercermin dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang memilih ”resiko sedang”.

47

Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat 62 persen pengurus setuju dengan pernyataan menghindari resiko yang terlalu tinggi dan setuju untuk bersikap tidak terlalu mau ambil resiko dalam berusaha atau dengan kata lain, responden memilih untuk tidak mengambil resiko sama sekali. Kecenderungan responden memilih untuk tidak mengambil resiko adalah karena pada umumnya mereka takut untuk mengalami kerugian dalam berusaha. Hal tersebut juga diperkuat oleh alasan dari salah seorang responden bahwa responden tidak berani mengambil resiko mengingat pekerjaan mereka sebagai karyawan dan bukan hanya sebagai pengurus koperasi saja. Kesibukan pekerjaan responden mendorong sikap mereka untuk tidak mengambil resiko sama sekali karena khawatir akan merugi. Berdasarkan pengakuan tersebut, ada pula beberapa orang responden yang mengungkapkan bahwa tidak mengambil resiko sama sekali adalah jalan terbaik untuk melanjutkan usaha. Selain itu terdapat beberapa responden dengan kecenderungan memilih resiko yang rendah adalah karena responden khawatir akan mengalami kerugian yang terlalu besar. Meskipun keuntungan yang diperoleh sangat besar akan tetapi sebagian dari responden menganggap bahwa itu adalah keputusan yang terlalu beresiko. Seperti yang dikemukakan oleh salah seorang responden berikut: ”.. saya tidak mau mengambil resiko yang terlalu besar. Salah satunya dari investasi itu. Saya lebih baik menginvestasikan uang semampu saya, dibandingkan jika harus menginvestasikan seluruhnya atau sebagian. Karena bagi saya menginvestasikan semuanya hanya akan merugikan diri saya sendiri, saya tidak mau gagal dan ceroboh..” (ES, 48 tahun) 3.

Sikap Mental Keinovatifan (Tema 3) Terbuka terhadap pembaharuan baru dan perubahan dan kesediaan untuk

menerima pengalaman-pengalaman yang baru sesuai dengan pendapat Alex Inkeles, sikap ini merupakan sikap seorang manusia modern. Sikap keinovatifan ini juga merupakan bagian dari peran kewirausahaan, oleh karena itu pandangan seorang pengurus tentang keinovatifan perlu dikaji. Terdapat enam buah pertanyaan untuk menggali pandangan responden terhadap sikap keinovatifan berwirausaha. Pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana minat pengurus serta keberaniannya membuat keputusan dan merencanakan

48

pengembangan usahanya serta melakukan suatu usaha baru yang lebih menguntungkan dari usaha lamanya tersebut. Minat untuk melakukan suatu usaha baru tersebut juga dimaknai dengan kemauannya untuk mencari informasi untuk menemukan inovasi usahanya. Responden memiliki kecenderungan sikap yang modern terhadap sikap keinovatifan. Gambaran tersebut terlihat dari skor rata-rata modernitas seluruh responden sebesar 3,25. Sejumlah responden pengurus koperasi karyawan Kecamatan Cibinong bersikap inovatif dalam mengelola koperasinya masingmasing. Kecenderungan pandangan yang modern dari pengurus karena kesadaran untuk lebih mengembangkan usaha yang tidak hanya menguntungkan sebagian pihak atau mengharapkan keuntungan sesaat tetapi juga untuk keberlanjutan usaha koperasi. Hal tersebut diperkuat dari pernyataan salah seorang pengurus koperasi yang mengungkapkan demikian: ”Sebagai pengurus yang dipercayakan oleh anggota, saya ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha koperasi. Walaupun saya memiliki kendali untuk melakukan apa saja yang menguntungkan koperasi dan kesejahteraan anggota, tetapi tetap saja saya san pengurus yang lain harus memikirkan masak-masak resiko atau peluangnya. Karena walaupun kita nantinya akan mendapat keuntungan tetapi kita perlu berhati-hati, cari informasi lebih dulu untuk memulai usaha yang untungnya berlanjut. Walaupun kita punya cara yang lebih inovatif tapi informasi tentang cara itu harus lebih inovatif apalagi ini menyangkut semua pihak” (SW, 49 tahun) Pernyataan demikian menegaskan bahwa beberapa orang pengurus sadar tentang tanggung jawabnya di koperasi. Selain itu mereka juga lebih memilih untuk berinovasi dengan hati-hati karena mereka ingin mendapatkan keuntungan yang dapat dirasakan semua pihak di koperasi.

4.

Sikap Mental yang Mengunggulkan Kerja Keras (Tema 4) Reponden memiliki kecenderungan sikap yang modern dalam menanggapi

tema sikap ini. Kecenderungan tersebut terlihat dari skor rata-rata modernitas sebesar 3,07. Kemauan bekerja keras diuraikan dalam bentuk enam pertanyaan proyeksi. Tingkat modernitas pandangan dinilai dari jawaban yang memandang

49

mutlak diperlukannya suatu kerja keras dalam setiap melaksanakan kegiatan usaha agar dapat mencapai hasil kerja yang memuaskan. Pada kenyataannya responden menganggap bahwa kerja keras adalah begitu penting. Dari hasil olahan perhitungan data kuantitatif ditemukan responden kurang setuju dengan pernyataan bahwa ”waktu santai sebanyak mungkin dimanfaatkan”. Beberapa responden menganggap bahwa waktu yang ada akan lebih baik dimanfaatkan untuk melakukan sesuatu yang berguna. Bagi responden dengan kecenderungan setuju untuk memanfaatkan waktu luang, beranggapan bahwa kemampuan dan keahlian yang dimiliki tidak ada salahnya dimanfaatkan untuk bekerja. Kecenderungan yang sama modernnya tentang pertanyaan mamanfaatkan waktu luang tersebut juga dialami pada pertanyaan mengenai seorang pedagang bakso yang ditangkap petugas dan kemudian berjualan lagi tetapi dengan tidak berjualan di tempat yang sama melainkan berkeliling untuk menghindari petugas ketertiban. Terdapat beberapa responden yang berpandangan setuju dengan sikap modern seorang pedagang bakso. Menurut salah seorang responden beranggapan bahwa: ”...pedagang bakso itu selain seorang pekerja keras tetapi dia juga cermat. Demi menghidupi kebutuhan keluarganya, ia cerdas memilih strategi berjualan untuk menghindari kejadian yang pernah dialaminya dengan petugas ketertiban itu..” (AF, 48 tahun) 5.

Sikap Mental Menghargai Waktu (Tema 5) Berdasarkan hasil temuan di lapangan, skor modernitas rata-rata

keseluruhan responden terhadap sikap menghargai waktu berada pada kelompok modern, yakni sebesar 3,11. Pandangan tentang penghargaan terhadap waktu disajikan dengan pernyataan-pernyataan mengenai bagaimana sebaiknya sikap seseorang terhadap ketepatan janji atau ketepatan waktu yang dijanjikan kepada orang lain. Selain itu, pertanyaan tersebut juga menggali tingkat toleransi seseorang terhadap ketidaktepatan waktu dan ketepatan mengatur waktu untuk melakukan segala aktivitasnya. Pandangan tersebut dianggap sebagai salah satu segi sikap wirausaha yang penting, karena sikap yang terlalu meremehkan waktu

50

ini hanya akan merugikan diri sendiri dan akan dapat mengurangi kepercayaan orang lain, sehingga akan mempengaruhi keberhasilan usaha seseorang. Bila dikaji lebih jauh beberapa orang responden menganggap bahwa waktu menjadi satu hal yang penting. Sikap responden yang masih agak longgar terhadap waktu sepertinya tidak dapat dimaklumi lagi. Hal tersebut diperkuat karena responden selain sebagai pengurus koperasi, responden juga adalah seorang karyawan yang dihadapkan pada beragam tugas lainnya di tempat mereka bekerja. Keadaan tersebut memaksa responden untuk bersikap lebih disiplin terhadap waktu dan tepat pada janji. Seperti ungkapan salah seorang responden yang bekerja di kantor kedinasan dan perusahaan, SHS dan SW. ”Saya sangat menyayangkan jika ada orang yang membatalkan janji. Rasanya agak kesal kalau ditunda-tunda terus. Sesibuk apa pun orang membuat janji tapi orang harus tetap menepati janji. Karena bagi saya tidak perlu kita berjanji jika pada kenyataannya kita belum mampu menepatinya. Makanya harus dipikirkan terlebih dahulu. Saya pun begitu, diperusahaan ini banyak sekali orang penting terutama tamu dari luar negeri. Mereka tidak suka kalau ada partnernya yang tidak konsisten terhadap waktu apalagi janji. Malah jika sering terjadi partner kita tidak mau lagi bekerja sama. Dan itu malah merugikan perusahaan ini nantinya.” (SHS, 50 tahun) ”Sangat jengkel rasanya jika seseorang membatalkan janji apalagi ga tepat waktu. Pertama-tama memang tidak apa-apa tapi jika sering terjadi saya tidak setuju dengan hal itu. Saya pernah mengalami ekejengkelan itu yang terpaksa dibatalkan. Kejadiannya waktu itu di koperasi. Saya diminta pengawas koperasi untuk mengecek keuangan koperasi. Dan beliau menjanjikan pada saya untuk dilaporkan dan dibicarakan kembali. Pada hari H, saya minta janjinya tapi beliau belum dapat bertemu karena alasan sibuk. Karena beliau adalah atasan saya, saya pun tidak bisa berkata apa-apa, dan akhirnya saya terpaksa menunggu untuk mengembalikan hasil koreksi itu” (SW, 49 tahun) Dalam kegiatan kesehariannya di kantor, para responden dituntut untuk bekerja lebih profesional, sehingga untuk membagi waktu dengan tanggung jawabnya sebagai pengurus koperasi cukup kesulitan. Pada akhirnya responden pun dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk fokus pada koperasi. Dengan demikian, situasi kerja mempengaruhi responden yang berpandangan

51

tidak setuju terhadap keadaan memaklumi orang lain yang kebetulan tidak menepati janji.

6.

Sikap Mental Motivasi Berprestasi (Tema 6) Pandangan motivasi berprestasi yang dimaksud adalah menyangkut

keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. Motif ini muncul untuk melakukan sesuatu secara sukses dan menjauhi kegagalan. Sikap ini berkaitan dengan sikap seorang wirausaha yang modern berambisi untuk mencapai prestasi, dan berusaha untuk memperbaiki kinerja walaupun ia mengalami kegagalan. Sedangkan, mereka yang tidak modern menganggap bahwa kegagalan hanya menurunkan prestasi kerja, dan mereka tidak tertarik dengan ambisi untuk mencapai prestasi. Tanggapan mayoritas pengurus koperasi terhadap sikap motif berprestasi adalah sangat baik. Dengan kata lain berdasarkan hasil skor modernitas rata-rata sikap mengenai motif berprestasi adalah modern yakni sebesar 3,35. Secara keseluruhan tema sikap ini sangat modern dan mengakar di kalangan pengurus koperasi karyawan di kecamatan Cibinong. Responden memilki motivasi berprestasi yang tinggi. Dari sejumlah pertanyaan proyeksi yang disediakan rata-rata reponden tidak setuju jika bekerja hanyalah untuk mendapatkan pujian dan bukan untuk mencapai prestasi. Beberapa orang responden mengutarakan bahwa bekerja untuk mencapai prestasi yang sebaik mungkin dan untuk mengoptimalkan kualitas diri masing-masing terhadap pekerjaan yang dijalankan.

7.

Sikap Mental Percaya Diri (Tema 7) Dalam menanggapi ke enam pernyataan proyeksi mengenai sikap percaya

diri tersebut, mayoritas responden cenderung berada dalam kelompok yang modern dalam menanggapi sikap percaya diri tersebut, yakni dengan keseluruhan skor modernitas rata-rata sebesar 3,18. Sikap percaya diri adalah sikap yang mengacu pada kemampuan yang menunjukkan sikap percaya kepada kemampuan

52

sendiri, tidak ragu-ragu dalam bertindak dan selalu optimis dalam segala situasi. Sikap ini diuraikan dalam enam buah pernyataan. Seseorang dengan sikap tidak modern tidak memiliki rasa percaya diri, dan pesimis untuk melakukan sesuatu, sedangkan mereka yang memiliki sikap modern optimis dan tidak ragu melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dan mencapai keberhasilan usaha. Berdasarkan pertanyaan proyeksi, responden memiliki kecenderungan yang setuju jika seseorang terus berupaya dengan mengoptimalkan hasil usahanya walaupun akan terjadi kegagalan. Dapat digambarkan bahwa responden memiliki perasaan yakin dapat mencapai keberhasilan usaha. Mereka percaya diri dan terlalu

optimis,

sehingga

untuk

membangkitkan

semangat

kerja

dan

membangkitkan rasa kepercayaan diri ada setiap waktu. Mengenai hal tersebut dituturkan oleh salah seorang responden sebagai berikut : ”Walaupun saya pernah mengalami kegagalan, bukan berarti rasa percaya diri saya ikut berkurang. Saya pernah mengalami keadaan yang sangat terpuruk tetapi saya tetap survive. Saya tidak mau larut dalam kegagalan. Tidak ada artinya jika kita harus berlama-lama mengatasi kesedihan. Masih banyak hari yang harus dilalui. Buat saya kemauan dari diri sendiri adalah modal utama untuk maju.” (HTP, 50 tahun) Adapun sejumlah responden yang mengungkapkan bahwa dalam suatu usaha tidak perlu melakukan kecurangan untuk kemajuan usaha sendiri. Beberapa responden menganggap bahwa kecurangan yang dilakukan hanya akan membahayakan dirinya. Dengan demikian, responden memiliki kecenderungan yang sangat baik dan modern terhadap tema sikap percaya diri.

8.

Sikap Mental Tanggung Jawab Individual (Tema 8) Tanggung jawab disini adalah tanggung jawab individual dimana si

pribadi sendiri yang merasakan dan menerima hasil dari kesuksesan atau akibat dari kegagalannya. Besar keinginannya untuk bertanggung jawab ada kaitannya dengan kebebasan individu dalam membuat keputusan sendiri terutama dalam hal perkembangan usaha. Seorang yang modern memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk menyelesaikan tugasnya, bertanggung jawab terhadap perbuatannya, dan berupaya memperbaiki hasil usahanya. Sedangkan, seseorang yang tidak modern

53

adalah bersikap masa bodoh terhadap pekerjaannya, dan tidak bertanggung jawab terhadap kegagalan usahanya. Namun demikian, dalam penerapannya bukan berarti setiap orang harus menjalankan usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain, karena penerapan yang dekmikian justru tidak sesuai dengan prinsip usaha modern. Dengan kata lain tanggung jawab individual di sini dapat diartikan sebagai kemauan seseorang menanggung

resiko

terhadap

segala

kemungkinan

akibat,

apabila

ia

medelegasikan wewenang atau menyepelekan kepercayaan serta tanggung jawabnya. Berdasarkan hasil tanggapan yang diberikan responden, ternyata secara keseluruhan responden menunjukkan sikap yang bertanggung jawab. Dengan besarnya skor modernitas rata-rata dari keseluruhan responden adalah 3,25. Bila dikaji lebih jauh, ditemukan bahwa responden memiliki kecenderungan bersedia bertanggung jawab membayar sebagian hutang perusahaan karena rekan kerjanya yang lain kabur. Padahal usaha tersebut adalah hasil usaha bersama dengan rekannya yang lain. Responden menganggap bahwa kesediaan bertanggung jawab merupakan suatu tanggung jawab yang memang harus dijalankan karena usaha tersebut adalah hasil usaha bersama. Skor modernitas rata-rata antara repsonden di koperasi berhasil dan tidak berhasil menunjukkan kesamaan sikap yang modern terhadap sikap-sikap kewirausahaan. Dimana skor modernitas rata-rata pengurus di koperasi berhasil sebesar 3,12 dan skor modernitas rata-rata pengurus di koperasi tidak berhasil sebesar 3,18. Jika dibandingkan berdasarkan sebaran responden, sikap kewirausahaan responden yang berada pada koperasi berhasil dan koperasi tidak berhasil menunjukkan hal yang menarik. Sikap kewirausahaan responden pada koperasi yang tidak berhasil justru menunjukkan sikap yang modern. Sebaliknya, sikap kewirausahaan responden pada koperasi yang berhasil menunjukkan sikap yang tidak modern. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan tidak ada kaitan antara sikap kewirausahaan pengurus koperasi dengan keberhasilan koperasi (Tabel 13)

54

Tabel 13. Sebaran Responden menurut Kategori Koperasi dan Kategori Modernitas Pengurus Koperasi di Koperasi Karyawan Kecamatan, Cibinong (dalam absolut dan persentase, 2009) Kategori Modernitas Pengurus Koperasi Modern Tidak Modern ∑(%) ∑(%) 13 (31) 8 (19) 16 (38) 5 (12)

Kategori Koperasi Berhasil Tidak Berhasil

Dari delapan tema sikap kewirausahaan, bila membandingkan antara responden yang berada di koperasi berhasil dan koperasi tidak berhasil, ternyata sikap-sikap

modern

responden

juga

ditunjukkan

oleh

responden

yang

menjalankan koperasi hingga berhasil. Sikap tersebut menyangkut sikap tema (1) mengutamakan prioritas; (3) keinovatifan; (4) kerja keras; (5) penghargaan terhadap waktu; (6) motivasi berprestasi; (7) percaya diri; dan (8) tanggung jawab individu. Sedangkan pada tema sikap 2, pengambilan resiko, responden di koperasi berhasil maupun koperasi tidak berhasil belum menunjukkan sikap-sikap yang modern. Bila dibandingkan per tema sikap kewirausahaan (Gambar 6), ternyata tema (1), mengutamakan prioritas, menunjukkan skor modernitas yang tertinggi (modern) yaitu sebesar 3,47. Sedangkan, tema (2) pengambilan resiko, menunjukkan skor modernitas terendah (tidak modern) yakni sebesar 2,69. Baik sikap tema 1 dan tema 2 yang menunjukkan skor ekstrim tersebut dimiliki oleh responden yang berada di koperasi tidak berhasil. Pada skor modernitas tertinggi responden memiliki sikap yang mengetahui betul prioritas yang diutamakan dalam kegiatannya. Pada tema 2, responden dikategorikan tidak modern karena mereka cenderung tidak mau mengambil resiko sama sekali.

55

Gambar 7. Tingkat Modernitas Pandangan Kewirausahaan pada Pengurus di Koperasi yang Berhasil dan Pengurus di Koperasi yang Tidak Berhasil, di Kecamatan Cibinong (2009) 4

Skor Rata-rataModernitas

KTB=3.47

KTB=3.37 KTB=3.29 KB=3.18 KTB=3.21 KTB=3.12 KB=3.33 KB=3.21 KTB=3.03 KB=3.15 KB=3.02

KTB=3.28 KB=3.06 3

KB=3.23 KB=2.77 KTB=2.69

2

1 1

2

3

4

5

6

7

8

Tema Sikap Kewirausahaan Keterangan Gambar : Koperasi Berhasil (KB) dan Koperasi Tidak Berhasil (KTB) Garis putus-putus menunjuk pada Pengurus di Koperasi yang Tidak Berhasil Garis tidak putus-putus menunjuk pada Pengurus di Koperasi yang Berhasil

55

56

BAB VI HUBUNGAN MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSASAHAAN PENGURUS KOPERASI KARYAWAN KECAMATAN CIBINONG DENGAN KEBERHASILAN KOPERASI

Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada hubungan antara sikap kewirausahaan pengurus dengan keberhasilan koperasi. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji Rank Spearman. Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi Rank Spearman (rs atau ρ ) untuk mengetahui korelasi dua variabel modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi dan keberhasilan koperasi, ditemukan bahwa kedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang nyata. Dari hasil perhitungan diperoleh uji rs yang lebih rendah dibandingkan rs tabel, baik pada taraf kesalahan 5 persen diperoleh 0,738 dan taraf kesalahan 1 persen diperoleh 0,881 untuk n sama dengan 8. Diperoleh rs hitung yang besarnya antara lain 0,238; 0,411; 0,161; -0,259; 0,024; 0,863; dan 0,197. Perhitungan tersebut membuktikan bahwa H1 (hipotesis satu) ditolak yang berarti menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara dua variabel tersebut. Dari data sisa hasil usaha (SHU) dan jumlah anggota masing-masing koperasi karyawan, pada penelitian ini ditemukan sejumlah koperasi karyawan yang termasuk ke dalam kelompok koperasi yang berhasil dan koperasi tidak berhasil (Lampiran 1). Berdasarkan data dari 14 sampel koperasi karyawan yang masih aktif di Kecamatan Cibinong, diketahui sebanyak 7 koperasi karyawan yang tergolong ke dalam kategori koperasi berhasil dan 7 koperasi karyawan lainnya termasuk dalam ketegori koperasi yang tidak berhasil. Dengan demikian, diketahui bahwa 21 responden tergabung dalam masing-masing koperasi yang berhasil dan kurang berhasil. Tujuh kelompok koperasi karyawan yang berhasil adalah koperasi Rimba Mulya, Swaka Tantra, Bhakti Adiguna, Rahayu Santosa, Oryza Sativa, Primkop Polres, dan Setia Rukun. Sedangkan, tujuh koperasi yang termasuk dalam kelompok koperasi karyawan yang tidak berhasil adalah koperasi Ligna Sejahtera, Bakosurtanal, Adipura, DPKBD, Bersama (Kodim 0621), Silva Lestari, dan Dasar Rukun.

57

Kedua variabel tidak memiliki korelasi, hal ini dapat dijelaskan oleh halhal sebagai berikut. Semula sikap kewirusahaan pengurus diduga memiliki kaitan dengan keberhasilan koperasi yang ditandai dengan (1) peningkatan jumlah anggota koperasi; serta (2) peningkatan sisa hasil usaha (SHU). Ukuran keberhasilan koperasi dilihat dari banyaknya jumlah anggota karena asumsinya anggota akan semakin banyak karena terlibat dalam ragam usaha di koperasi, mendapat pelayanan yang baik dan memperoleh SHU yang meningkat. Di samping itu ukuran peningkatan SHU dijadikan ukuran keberhasilan koperasi karena anggapan semakin besar laba maka semakin banyak SHU yang dibagikan kepada anggota. Keberhasilan koperasi inilah yang diduga akan mendorong semakin tingginya partisipasi atau jumlah anggota koperasi. Namun, ternyata tinggi rendahnya jumlah anggota koperasi sebagai ukuran keberhasilan koperasi dalam penelitian ini, tidak ditentukan oleh hasil karya pengurus koperasi. Tinggi rendahnya jumlah anggota koperasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal berupa kebijakan rekrutmen maupun pensiun dari kantor masing-masing anggota. Sebagai contoh, koperasi karyawan Ligna Sejahtera, koperasi ini merupakan koperasi dari sebuah perusahaan industri kayu, yakni perusahaan PT Hadinata Brothers. Koperasi ini mengalami penurunan terhadap jumlah anggota pada awal tahun 2007. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang informan penelitian di salah satu koperasi karyawan menyebutkan bahwa: “Jumlah anggota di koperasi ini turun karena pada waktu itu perusahaan kami mengalami krisis pada tahun 2007 lalu yang mengharuskan perusahaan untuk mengurangi sejumlah karyawan, yang juga adalah bagian dari anggota koperasi karyawan ini.” (SHS, 50 tahun) Menurut SHS, beliau menambahkan adanya pengurangan terhadap jumlah anggota koperasi karyawan berdampak pula pada permodalan dan simpanan koperasi yang berkaitan pula terhadap perkembangan SHU yang diterima anggota. Dengan terjadinya penurunan terhadap jumlah anggota, simpanan pun akan ikut berkurang karena sebagian dari pengurus mengambil kembali simpanannya di koperasi. Dengan demikian, SHU yang diterima oleh mereka yang masih menjadi anggota koperasi juga mengalami penurunan.

58

Adapun koperasi Bakosurtanal, DPKBD dan Silva Lestari mengalami penurunan dalam hal jumlah anggota di dua titik periode. Ketiga koperasi tersebut merupakan bagian dari kelompok koperasi yang kurang berhasil. Pada koperasi Bakosurtanal dan Silva Lestari, keduanya mengalami penurunan terhadap jumlah anggota koperasi karena terdapat beberapa anggota yang harus dimutasikan ke luar daerah, pensiun, bahkan meninggal. Sedangkan pada koperasi DPKBD, sebanyak 101 anggota koperasinya harus dimutasikan ke luar daerah dan sebagian lagi pensiun. “.... di koperasi DPKBD menjelang tahun 2007 terjadi mutasi pegawai, maksudnya ada sebagian pegawai yang harus pindah ke luar daerah ada juga yang masuk tapi tidak terlalu banyak. Jadi pada waktu itu harus memutasikan pegawai ke beberapa kantor dinas maupun daerah, sehingga pada tahun itu jumlah anggota koperasi ikut berkurang, dan mempengaruhi SHU di koperasi DPKBD karena kan sumber shu berasal dari simpanan anggota”. (ESM, 57 tahun) Demikian pula halnya sikap kewirausahaan pengurus koperasi tidak berhubungan dengan keberhasilan koperasi yang diukur dari peningkatan SHU. Hal ini dapat dijelaskan karena asumsi semula pada penelitian ini SHU yang tinggi adalah merupakan hasil karya pengurus koperasi disebabkan sikap inovatif, kerja keras, bersedia menanggung resiko yang moderat, bertanggung jawab, percaya diri, motivasi berprestasi, mengetahui prioritas dan menghargai waktu. Ternyata besarnya SHU bukan diperoleh dari besarnya laba usaha koperasi, tetapi lebih diperoleh karena iuran dan keaktifan anggota di koperasi. Dengan demikian bila anggotanya berkurang misalnya, karena pemutusan hubungan kerja (PHK), mutasi, pensiun bahkan meninggal, maka secara otomatis SHU ikut berkurang. Seperti yang terjadi di koperasi Dasar Rukun. Koperasi Dasar Rukun merupakan koperasi dari PT Dasar Rukun, sebuah perusahaan swasta yang bergerak di industri pemintalan benang. Di koperasi tersebut terjadi pengurangan jumlah anggota sebanyak 40 orang anggota koperasi. Pengurangan jumlah anggota koperasi tersebut disebabkan oleh terjadinya pemutusan hubungan kerja karyawan di perusahaan Dasar Rukun dan berdampak pada pengurangan jumlah anggota koperasi. Pengurangan jumlah anggota yang demikian juga ikut mempengaruhi SHU yang dimiliki oleh koperasi.

59

Jika dilihat dari keaktifan anggota di koperasi, koperasi Adipura dan koperasi Silva Lestari mengalami penurunan SHU. Kedua koperasi karyawan tersebut tidak memiliki usaha, seperti warung serba ada (waserba) dan usaha sejenis untuk mengembangkan dan memutar modal koperasi. Kedua koperasi ini hanya menyediakan pelayanan cicilan barang bagi anggota koperasi yang memerlukan barang. Dengan demikian, modal dan keuntungan koperasi diperoleh baik dari simpanan anggota maupun dari jasa pengembalian anggota terhadap cicilan pembelian barang. Di kedua koperasi mengalami penurunan dalam jumlah anggota koperasi karena beberapa anggotanya dimutasikan dan terjadi pensiun pada anggota tersebut. Dengan demikian mempengaruhi perkembangan SHU yang naik turun. Adapun ditemukan pada koperasi Bersama milik TNI Angkatan Darat Kodim 0621. Koperasi tersebut termasuk ke dalam kelompok koperasi kurang berhasil. Koperasi Bersama mengalami penurunan pada sisa hasil usaha. Penurunan tersebut turut disebabkan oleh karena usaha toko koperasi mengalami kerugian. Kerugian itu akibat banyak anggota yang belum melunasi cicilan pembelian barang bahkan berhutang di toko koperasi. Berdasarkan hasil temuan di lapangan diketahui bahwa keberhasilan dan ketidakberhasilan koperasi yang diukur dari perkembangan jumlah anggota dan sisa hasil usaha lebih ditentukan oleh faktor eksternal. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa kebanyakan koperasi yang kurang berhasil, yang diukur dari adanya penurunan jumlah anggota dan penurunan jumlah SHU, sebenarnya sangat ditentukan oleh adanya faktor eksternal yakni adanya rotasi maupun mutasi pegawai, adanya penerimaan pegawai, pemutusan hubungan kerja (PHK), adanya periode pensiun (pensiunan) dan karyawan yang meninggal. Adanya penurunan jumlah anggota berdampak terhadap perkembangan sisa hasil usaha. Dengan demikian, faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan jumlah anggota dan SHU menyebabkan koperasi mengalami perkembangan yang naik turun.

60

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan Berdasarkan data lapangan yang terhimpun dari seluruh responden,

diperoleh gambaran modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi karyawan Kecamatan Cibinong sebagai berikut: pertama, rata-rata responden memiliki kecenderungan sikap yang modern. Rata-rata responden memiliki cenderung yang tahu akan prioritas utama terutama dalam memanfaatkan peluang kredit, dana, maupun informasi. Jika ditelaah berdasarkan responden di dua kategori koperasi yakni koperasi berhasil dan tidak berhasil, tidak terdapat perbedaan yang cukup berarti. Responden di dua kategori tersebut memiliki kecenderungan yang samasama modern terhadap tema sikap mengutamakan prioritas mengenai kredit, dana maupun informasi. Terhadap tema sikap ke dua, yakni sikap kesediaan mengambil resiko, kebanyakan responden memiliki corak pandangan yang tidak modern. Tampak suatu kecenderungan responden memilih ”tidak mengambil resiko”. Jika dilihat berdasarkan responden di koperasi berhasil dan tidak berhasil, ternyata kecenderungan yang tidak modern terhadap sikap kesediaan mengambil resiko memiliki prosentasi yang seimbang diantara kedua kelompok baik di koperasi berhasil maupun di kategori koperasi tidak berhasil. Corak pandangan responden dalam menanggapi tema sikap keinovatifan ternyata berada pada kategori modern. Rata-rata responden memiliki sikap ”keterbukaan terhadap hal-hal baru (inovatif)”. Kecenderungan tersebut juga dialami pada tema sikap ke delapan yakni sikap tanggung jawab individual. Kebanyakan responden memiliki corak kecenderungan yang modern dalam tanggung jawabnya terhadap pekerjaan dan wewenang yang ditugaskan. Responden memilih untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaannya tanpa menundanunda menyelesaikan pekerjaan tersebut.

61

Pada umunya responden memiliki pandangan yang modern terhadap kerja keras. Mereka mengganggap bahwa perlu usaha dan kerja keras untuk menyelesaikan suatu pekerjaan untuk keberhasilan usaha. Corak pandangan tersebut sama dengan pandangan mengenai sikap menghargai waktu. Dalam hal ”waktu”, rata-rata responden memiliki pandangan yang cenderung menghargai waktu, terutama dalam menepati janji kepada orang lain. Selanjutnya, pandangan tentang motivasi berprestasi yakni menyangkut keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. Corak pandangan responden terhadap sikap tersebut adalah modern. Pada umumnya responden memiliki motif berprestasi yang tinggi untuk mencapai kesuksesan dan prestasi yang lebih baik. Sedangkan, pada pandangan sikap ke tujuh mengenai sikap percaya diri. Umumnya reponden memiliki corak pandangan yang modern terhadap sikap tersebut. Responden memiliki perasaan yakin pada diri sendiri untuk menyelesaikan setiap persoalan maupun pekerjaannya. Bahkan beberapa responden memiliki kecenderungan yang pantang menyerah untuk berusaha. Secara umum, pengurus koperasi karyawan di Kecamatan Cibinong memiliki pandangan yang modern terhadap ke delapan tema sikap. Apabila diamati pada masing-masing tema sikap, masih ada kecenderungan responden yang memiliki sikap-sikap tidak modern, khususnya pada tema sikap kedua (”pengambilan resiko”). Sedangkan tema sikap yang paling modern yang dimiliki responden adalah tema kesatu (”mengutamakan prioritas”). Melalui Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman (rs atau ρ ) diketahui bahwa variabel modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak memiliki korelasi dengan keberhasilan koperasi. Diperoleh nilai

ρ hitung yang lebih kecil

dibandingkan ρ tabel, yang artinya modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak berhubungan dengan keberhasilan koperasi karyawan. Dengan hasil uji ρ tersebut menunjukkan bahwa pandangan modernitas dapat dimiliki oleh setiap pengurus tidak terkecuali pengurus di koperasi tidak berhasil. Berdasarkan data di lapangan, bahwa keberhasilan koperasi yang hanya diukur dari perkembangan jumlah anggota dan sisa hasil usaha, tidak sepenuhnya

62

berhubungan dengan sikap kewirausahaan pengurusnya, tetapi lebih ditentukan oleh faktor lain yaitu mutasi pegawai, rotasi pegawai, periode pensiun, adanya PHK dan hal lain yang menyebabkan koperasi dikatakan tidak berhasil. 6.2

Saran Berdasarkan temuan tersebut, maka dapat disarankan untuk meningkatkan

keberhasilan koperasi yang hanya diukur dengan perkembangan jumlah anggota dan SHU sebenarnya dapat diukur dengan aktivitas usaha koperasi. Selain itu, pengurus koperasi sebenarnya telah memiliki sikap kewirausahaan dan kenyataan di lapangan menunjukkan keberhasilan koperasi karyawan berhubungan dengan faktor eksternal seperti kebijakan perusahaan dan kebijakan kantor pegawai kedinasan. Maka, perlu dibenahi suatu birokrasi dan kebijakan dengan iklim yang kondusif terhadap perkembangan aktivitas usaha, permodalan, dan hubungan kemitraan koperasi karyawan bersama stakeholder lainnya. Dengan demikian, tercipta suatu pengembangan usaha koperasi yang lebih baik terutama dalam mewujudkan tujuan koperasi.

63

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2006. Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Sikap Terhadap Iklan di Televisi dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen. [Skripsi]. IPB Press : Bogor. Anggraini, Nenny. 1995. Perbandingan Sikap Kewirausahaan di Antara Pengusaha Industri Kecil “Berhasil, Statis dan Tidak Berhasil” (Studi Pada Perkampungan Industri Kecil Pulogadung, Jakarta Timur). [Tesis]. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Baga, L.M. 2006. Bahan Kuliah SEP-221 Kewirausahaan. IPB Press : Bogor. Baron, Robert A., dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Erlangga : Jakarta. Brodjosaputro, Sutomo. 1989. Beberapa Faktor Utama yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Unit Desa. [Disertasi]. IPB Press: Bogor. Calhoun, James F., dan Joan Ross Acocella. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kesusastraan. IKIP Semarang Press : Semarang. Dewi, Astrid Wiangga. 2007. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Esternal dan internal Terhadap Motivasi Berprestasi Pegawai Pada Dinas Pertambangan Pemda Kabupaten Bogor. [Skripsi]. IPB Press : Bogor. Hasbulloh. 2007. Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Untuk Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jurnal Ekonomi Kerakyatan. www.hasbulloh.multiply.com Hagen, Everett E. 1962. On The Theory of Social Change :How Economic Growth Begins . The Dorsey Press, Inc : Homewood, Illinois. Inkeles, Alex. 1984. “Modernisasi Manusia”, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Ed Myron Weiner. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Fawaqa, Leinnia. 2006. Potensi Wirausaha di Kalangan Mahasiswa (Perbandingan Antara Mahasiswa yang Mendapat Dengan yang Tidak Mendapat Mata Kuliah Kewirausahaan). [Tesis]. IPB Press : Bogor. Firdaus, Muhammad dan Agus Edhi Susanto. 2004. Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek. Ghalia Indonesia : Jakarta.

64

Ginting, Meneth. 1999. Dinamika Organisasi Koperasi “Kajian Tentang Pengaruh Faktor-Faktor Dinamika Organisasi Terhadap Keberhasilan Koperasi: Koperasi Unit Desa (KUD) dan Credit Union (CU) di Kabupaten Karo, Sumatera Utara”. [Disertasi]. IPB Press : Bogor. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Raja Grapindo Persada : Jakarta. Leavitt, Harold J. 1978. Psikologi Manajemen. Terjemahan Muslichah Zarkasi. Erlangga : Jakarta. McClelland, David C. 1984. ”Dorongan Hati Menuju Modernisasi”, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Ed Myron Weiner. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. MD, Sagimun. 1983. Koperasi Indonesia: Bacaan Populer Untuk Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta Mutis, T. 1995. Kewirausahaan yang Berproses. Grasindo : Jakarta. Newsroom, Republika. 2009. Koperasi di Indonesia Tumbuh Mencapai 149 Ribu. www.ssffmp.or.id Oyo, Zakaria A,S. 1986. Pengaruh Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K) Terhadap Motif Berprestasi Petani Kecil : Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Tesis]. IPB Press : Bogor. Padi. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Kewirausahaan Petani Ikan (Kasus Petani Pengelola Pusat Pelatihan dan Pertanian Swadaya Ikan Gurame, Ikan Emas dan Ikan Hias di Kabupaten Bogor). [Tesis]. IPB Press : Bogor. Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soejoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia Indonesia : Jakarta. Prasodjo, Nuraini W. 1987. Modernitas Pandangan Kewiraswastaan Pedagang Kaki Lima : Studi Kasus Terhadap Pedagang Kaki Lima Suku Jawa dan Minangkabau di Wilayah Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. [Skripsi]. IPB Press : Bogor. Rakhmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi Perguruan Tinggi. Remaja Rosdakarya : Bandung. Riyanti, B.P.D. 2003. Kewirausahaan Kepribadian. Grasindo : Jakarta.

Dari

Sudut

Pandang

Psikologi

Rochmahn, Siti, Miscbach, dan Rochayah. 1996. Buku Teks Mengenai Psikologi Sosial. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.

65

Sears, D.O, J.L Freedman dan L.A Peplau. 2004. Psikologi Sosial. Erlangga : Jakarta. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survai. LP3ES : Jakarta. Sipayung, Halomoan H.A. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan KUD di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. IPB Press : Bogor. Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Erlangga : Jakarta. Subandi, Slamet. 2005. Kedudukan dan Kiprah Koperasi Dalam Mendukung Pemberdayaan UMKM. Jurnal Pemberdayaan UKM. www.smecda.com. Sugiyono. 2009. Statistik Nonparametris. Alfabeta : Bandung. Sutanto, Adi. 2000. Kewiraswastaan. Ghalia Indonesia : Jakarta. Tawardi, Bambang. 1999. Sikap Kewirausahaan Anggota Kelompok Belajar Usaha dan Beberapa Faktor yang mempengaruhinya (Kasus Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah). [Tesis]. IPB Press : Bogor. Triwitarsih. 2009. Koperasi sebagai Sokoguru Perekonomian Nasional. Jurnal Koperasi. www.ksupointer.com. Weiner, Myron. 1984. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Gajah Mada University Press : Jakarta. Widodo, Winarso Drajad. 2005. Jendela Cakrawala Kewirausahaan. IPB Press : Bogor. Winardi, J. 2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Prenada Media : Jakarta.

66

Lampiran 1. Data Koperasi di Wilayah Kecamatan Cibinong menurut Perhitungan Sisa Hasil Usaha dan Jumlah Anggota serta Kategori Koperasi

No

Nama Koperasi

1 Ligna Sejahtera 2 Rimba Mulya 3 Adipura 4 KPRI Setia Rukun 5 KPRI Bakosurtanal 6 Swaka Tantra 7 Rahayu Santosa 8 Bhakti Adiguna 9 Dasar Rukun 10 DPKBD 11 Bersama (Kodim 0621) 12 Polres 13 Silva Lestari 14 Oriza Sativa Sumber: Data Olahan 2009

Perkembangan SHU 2006 128807202 31254592 17900000 4316031 139765127 7761454,14 4637000 40274632 83643314 22904413 166135763 233690551 25047357 149029776

2008 60317294 78713008 17000000 13586000 160901259 28577564,05 20769000 46870256 99056194 58779037,37 72842245 275409977 23799295 189016499

Selisih -68489908 47458416 -900000 9269969 21136132 20816109,91 16132000 6595624 15412880 35874624,37 -93293518 41719426 -1248062 39986723

Perkembangan Jumlah Anggota 2006 2008 1024 645 256 441 282 190 50 59 639 622 38 54 50 270 193 196 413 373 326 225 675 710 1574 1775 113 109 294 296

Selisih

Kategori Koperasi

-379 185 -92 9 -17 16 220 3 -40 -101 35 201 -4 2

Tidak Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Berhasil

66

Lampiran 2. Perhitungan Skor Modernitas Masing-Masing Tema Rumus :

X=

1 ⋅ n

n

(1 i ⋅ x i )

i =1

p

Keterangan rumus : X = skor modernitas rata-rata sikap kewirausahaan n = jumlah responden 1i = skor modernitas tiap kategori jawaban i = kategori responden xi = jumlah responden dalam tiap kategori p = jumlah pertanyaan I. Perhitungan skor modernitas tema I tiap koperasi (koperasi berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x3) + (3x9) + (4x6) 19 = = 3,17 3 6 (1x0) + (2x2) + (3x15) + (4x1) 17,67 = = 2,94 3 6 (1x1) + (2x4) + (3x10) + (4x3) 17 = = 2,83 3 6 (1x1) + (2x2) + (3x1) + (4x14) 21,33 = = 3,56 3 6 (1x0) + (2x2) + (3x16) + (4x0) 17,33 = = 2,89 3 6 (1x2) + (2x1) + (3x7) + (4x8) 19 = = 3,17 3 6 (1x1) + (2x2) + (3x13) + (4x2) 17,33 = = 2,89 3 6

Perhitungan skor modernitas tema II tiap koperasi (koperasi berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x8) + (3x10) + (4x0) 15,33 = = 2,56 3 6 (1x0) + (2x5) + (3x13) + (4x0) 16,33 = = 2,72 3 6 (1x1) + (2x5) + (3x9) + (4x3) 16,67 = = 2,78 3 6 (1x2) + (2x2) + (3x9) + (4x5) 17,67 = = 2,94 3 6 (1x0) + (2x1) + (3x17) + (4x0) 17,67 = = 2, 94 3 6 (1x2) + (2x5) + (3x7) + (4x4) 16,33 = = 2,72 3 6 (1x0) + (2x7) + (3x9) + (4x2) 16,33 = = 2,72 3 6

67

68

Perhitungan skor modernitas tema III tiap koperasi (koperasi berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x1) + (2x5) + (3x12) + (4x0) 3 (1x0) + (2x1) + (3x17) + (4x0) 3 (1x0) + (2x1) + (3x10) + (4x7) 3 (1x0) + (2x0) + (3x3) + (4x15) 3 (1x0) + (2x3) + (3x3) + (4x12) 3 (1x0) + (2x0) + (3x13) + (4x5) 3 (1x0) + (2x0) + (3x16) + (4x2) 3

15,67 = 2,61 6 17,67 = 2,94 = 6 20 = 3,33 = 6 23 = 3,83 = 6 21 = = 3,5 6 19,67 = 3,28 = 6 18,67 = = 3,11 6 =

Perhitungan skor modernitas tema IV tiap koperasi (koperasi berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x3) + (3x13) + (4x2) 17,67 = = 2,94 3 6 (1x0) + (2x3) + (3x14) + (4x1) 17,33 = = 2,89 3 6 (1x0) + (2x1) + (3x16) + (4x1) 18 = =3 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x5) + (4x13) 22,33 = = 3,72 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x18) + (4x0) 18 = =3 3 6 (1x4) + (2x4) + (3x6) + (4x4) 15,33 = 2,56 = 3 6 (1x1) + (2x4) + (3x7) + (4x6) 18 =3 = 3 6

69

Perhitungan skor modernitas tema V tiap koperasi (koperasi berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x1) + (3x16) + (4x1) 3 (1x0) + (2x2) + (3x16) + (4x0) 3 (1x0) + (2x3) + (3x13) + (4x2) 3 (1x0) + (2x1) + (3x1) + (4x16) 3 (1x0) + (2x0) + (3x12) + (4x6) 3 (1x0) + (2x2) + (3x11) + (4x5) 3 (1x0) + (2x1) + (3x14) + (4x3) 3

18 =3 6 17,33 = 2,89 = 6 17,67 = = 2,94 6 23 = 3,83 = 6 20 = = 3,33 6 19 = = 3,17 6 18,67 = 3,11 = 6 =

Perhitungan skor modernitas tema VI tiap koperasi (koperasi berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x6) + (3x9) + (4x3) 17 = = 2,83 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x17) + (4x1) 18,33 = 3,06 = 3 6 (1x0) + (2x3) + (3x11) + (4x4) 18,33 = 3,06 = 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x0) + (4x18) 24 = =4 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x9) + (4x9) 21 = = 3,5 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x11) + (4x7) 20,33 = = 3,38 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x9) + (4x9) 21 = = 3,5 3 6

70

Perhitungan skor modernitas tema VII tiap koperasi (koperasi berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x4) + (3x12) + (4x2) 3 (1x0) + (2x1) + (3x17) + (4x0) 3 (1x0) + (2x2) + (3x14) + (4x2) 3 (1x0) + (2x0) + (3x1) + (4x17) 3 (1x0) + (2x3) + (3x14) + (4x1) 3 (1x0) + (2x0) + (3x12) + (4x6) 3 (1x0) + (2x0) + (3x17) + (4x1) 3

17,33 = 2,89 6 17,67 = 2,94 = 6 18 = =3 6 23,67 = 3,94 = 6 17,33 = = 2,89 6 20 = 3,33 = 6 18,33 = 3,06 = 6 =

Perhitungan skor modernitas tema VIII tiap koperasi (koperasi berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x2) + (3x16) + (4x0) 17,33 = = 2,89 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x18) + (4x0) 18 = =3 3 6 (1x0) + (2x1) + (3x13) + (4x4) 19 = = 3,17 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x3) + (4x15) 23 = = 3,83 3 6 (1x3) + (2x4) + (3x5) + (4x6) 16,67 = = 2,78 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x9) + (4x9) 21 = 3,5 = 3 6 (1x0) + (2x1) + (3x10) + (4x7) 20 = 3,33 = 3 6

71

II. Perhitungan skor modernitas tema I tiap koperasi (koperasi tidak berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x1) + (3x4) + (4x13) 22 = 3,67 = 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x6) + (4x12) 22 = 3,67 = 3 6 (1x1) + (2x0) + (3x7) + (4x10) 20,67 = = 3,44 3 6 (1x0) + (2x3) + (3x9) + (4x6) 19 = 3,17 = 3 6 (1x0) + (2x1) + (3x15) + (4x2) 18,33 = = 3,06 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x7) + (4x11) 21,67 = = 3,61 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x6) + (4x12) 22 = 3,67 = 3 6

Perhitungan skor modernitas tema II tiap koperasi (koperasi tidak berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x1) + (2x2) + (3x10) + (4x5) 18,33 = = 3,06 3 6 (1x0) + (2x7) + (3x8) + (4x3) 16,67 = = 2,78 3 6 (1x4) + (2x5) + (3x5) + (4x4) 15 = 2,5 = 3 6 (1x5) + (2x5) + (3x6) + (4x2) 13,67 = = 2,28 3 6 (1x0) + (2x11) + (3x7) + (4x0) 14,33 = = 2,39 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x11) + (4x7) 20,33 = = 3,39 3 6 (1x2) + (2x7) + (3x9) + (4x1) 14,67 = = 2,24 3 6

Perhitungan skor modernitas tema III tiap koperasi (koperasi tidak berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 =

(1x0) + (2x1) + (3x8) + (4x9) 20,67 = = 3,44 3 6 (1x0) + (2x1) + (3x7) + (4x10) 21 = = 3,5 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x14) + (4x4) 19,33 = = 3,22 3 6 (1x0) + (2x2) + (3x10) + (4x6) 19,33 = = 3,22 3 6 (1x0) + (2x3) + (3x15) + (4x0) 17 = = 2,83 3 6

72

(1x0) + (2x0) + (3x7) + (4x11) 21,67 = 3,61 = 3 6 (1x0) + (2x4) + (3x8) + (4x6) 18,67 Koperasi 7 = = = 3,11 3 6

Koperasi 6 =

Perhitungan skor modernitas tema IV tiap koperasi (koperasi tidak berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x1) + (2x1) + (3x6) + (4x10) 20,33 = 3,39 = 3 6 (1x0) + (2x1) + (3x9) + (4x8) 20,33 = 3,39 = 3 6 (1x0) + (2x5) + (3x10) + (4x3) 17,33 = = 2,89 3 6 (1x0) + (2x5) + (3x7) + (4x6) 18,33 = = 3,06 3 6 (1x0) + (2x4) + (3x14) + (4x0) 16,67 = = 2,78 3 6 (1x2) + (2x1) + (3x5) + (4x10) 19,67 = = 3,28 3 6 (1x0) + (2x4) + (3x9) + (4x5) 18,33 = 3,06 = 3 6

Perhitungan skor modernitas tema V tiap koperasi (koperasi tidak berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x3) + (3x10) + (4x5) 18,67 = = 3,11 3 6 (1x0) + (2x3) + (3x10) + (4x5) 18,67 = 3,11 = 3 6 (1x0) + (2x3) + (3x9) + (4x6) 19 = 3,17 = 3 6 (1x2) + (2x0) + (3x10) + (4x6) 18,67 = 3,11 = 3 6 (1x0) + (2x4) + (3x13) + (4x1) 17 = = 2,83 3 6 (1x3) + (2x0) + (3x8) + (4x7) 18,33 = = 3,06 3 6 (1x1) + (2x3) + (3x12) + (4x2) 17 = = 2,83 3 6

Perhitungan skor modernitas tema VI tiap koperasi (koperasi tidak berhasil) (1x0) + (2x0) + (3x6) + (4x12) 22 = = 3,67 3 6 (1x1) + (2x0) + (3x8) + (4x9) 20,33 Koperasi 2 = = 3,39 = 3 6

Koperasi 1 =

73

Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x3) + (3x15) + (4x0) 3 (1x0) + (2x0) + (3x11) + (4x7) 3 (1x0) + (2x0) + (3x18) + (4x0) 3 (1x0) + (2x0) + (3x1) + (4x17) 3 (1x0) + (2x0) + (3x12) + (4x6) 3

17 = 2,83 6 20,33 = = 3,38 6 18 =3 = 6 20,33 = 3,94 = 6 20 = = 3,33 6 =

Perhitungan skor modernitas tema VII tiap koperasi (koperasi tidak berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x0) + (2x2) + (3x7) + (4x9) 20,33 = 3,39 = 3 6 (1x0) + (2x2) + (3x11) + (4x5) 19 = = 3,17 3 6 (1x0) + (2x3) + (3x13) + (4x2) 17,67 = 2,94 = 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x15) + (4x3) 19 = = 3,17 3 6 (1x0) + (2x4) + (3x14) + (4x0) 16,67 = = 2,78 3 6 (1x0) + (2x0) + (3x6) + (4x12) 22 = = 3,67 3 6 (1x0) + (2x1) + (3x9) + (4x8) 20,33 = = 3,39 3 6

Perhitungan skor modernitas tema VIII tiap koperasi (koperasi tidak berhasil) Koperasi 1 = Koperasi 2 = Koperasi 3 = Koperasi 4 = Koperasi 5 = Koperasi 6 = Koperasi 7 =

(1x1) + (2x0) + (3x6) + (4x11) 3 (1x0) + (2x0) + (3x14) + (4x4) 3 (1x0) + (2x0) + (3x16) + (4x2) 3 (1x0) + (2x0) + (3x11) + (4x7) 3 (1x0) + (2x2) + (3x16) + (4x0) 3 (1x0) + (2x0) + (3x4) + (4x14) 3 (1x0) + (2x0) + (3x15) + (4x3) 3

21 = 3,5 6 19,33 = 3,22 = 6 18,67 = = 3,11 6 20,33 = = 3,39 6 17,33 = = 2,89 6 22,67 = = 3,78 6 19 = = 3,17 6 =

74

Lampiran 3. Perhitungan Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman Uji Koefisien Korelasi Rang Spearman sebagai berikut :

ρ

6 ∑ b1 2 = 1 − n(n 2 − 1 )

Keterangan rumus : ρ atau rs = koefisien korelasi Rang Spearman n = banyaknya pasangan observasi b1 = selisih dari rank xi dan yi Tema (n) 1 2 3 4 5 6 7 8

x 3,17 2,56 2,61 2,94 3 2,83 2,89 2,89

y 3,67 3,06 3,44 3,39 3,11 3,67 3,39 3,5

x1 1 8 7 3 2 6 4,5 4,5

y1 1,5 8 4 5,5 7 1,5 5,5 3

b1 -0,5 0 3 -2,5 -5 4,5 -1 1,5

b 12 0,25 0 9 6,25 25 20,25 1 2,25 64

Total Keterangan : X : skor modernitas rata-rata pengurus tiap koperasidi koperasi berhasil terhadap satu tema Y : skor modernitas rata-rata pengurus tiap koperasi di koperasi tidak berhasil x1 dan y1 merupakan urutan ranking dari skor tertinggi hingga terendah Masukan dalam rumus :

ρ =

1 −

6 ( 64 ) 384 384 1 − 1 − = = 2 8 ( 63 ) 504 8 ( 8 −1 )

ρ = 1- 0,762 = 0,238 Tema (n) 1 2 3 4 5 6 7 8

x 2,94 2,72 2,94 2,89 2,89 3,06 2,94 3

y 3,67 2,78 3,5 3,22 3,11 3,39 3,17 2,94

x1 4 8 4 6,5 6,5 1 4 2

y1 1 8 2 4 6 3 5 7

b1 3 0 2 2,5 0,5 -2 1 -5

Total Masukan dalam rumus :

ρ =

1 −

6 ( 49 , 5 ) 297 1 − = 2 504 8 ( 8 −1 )

= 1- 0,589 = 0,411

b 12 9 0 4 6,25 0,25 4 1 25 49,5

75

Tema (n) 1 2 3 4 5 6 7 8

x 2,83 2,78 3,33 3 2,94 3,06 3 3,17

y 3,44 2,5 3,39 2,89 3,17 2,83 3,22 3,11

x1 7 8 1 4,5 6 3 4,5 2

y1 1 8 2 6 4 7 3 5

b1 6 0 -1 -1,5 2 -4 1,5 -3

Total Masukan dalam rumus :

Tema (n) 1 2 3 4 5 6 7 8

ρ =

x 3,56 2,94 3,83 3,72 3,83 4 3,94 3,83

1 −

6 ( 70 , 5 ) 423 1 − = = 1- 0,839 = 0,161 2 504 8 ( 8 −1 )

y 3,17 2,28 3,22 3,06 3,11 3,39 3,17 3,39

x1 8 2,5 7,5 7 7,5 1 2,5 7,5

y1 4,5 8 3 7 6 1,5 4,5 1,5

b1 3,5 -5,5 4,5 0 1,5 -0,5 -2 6

Total Masukan dalam rumus :

Tema (n) 1 2 3 4 5 6 7 8

ρ =

x 2,89 2,94 3,5 3 3,33 3,5 2,89 2,78

1 −

y 3,06 2,39 2,83 2,78 2,83 3 2,78 2,89

ρ =

1 −

b 12 12,25 30,25 20,25 0 2,25 0,25 4 36 105,25

6 ( 105 , 25 ) 631 , 5 1 − = 2 504 = 1- 1,259 = - 0,259 8 ( 8 −1 )

x1 6,5 5 1,5 4 3 1,5 6,5 8

y1 1 8 4,5 6,5 4,5 2 6,5 3

b1 5,5 -3 -3 -2,5 -1,5 -0,5 0 5

Total Masukan dalam rumus :

b 12 36 0 1 2,25 4 16 2,25 9 70,5

6 ( 82 ) 492 1 − = = 1- 0,976 = 0,024 2 504 8 ( 8 −1 )

b 12 30,25 9 9 6,25 2,25 0,25 0 25 82

76

Tema (n) 1 2 3 4 5 6 7 8

x 3,17 2,72 3,28 2,56 3,17 3,39 3,33 3,5

y 3,61 3,39 3,61 3,28 3,06 3,94 3,67 3,78

x1 5,5 7 4 8 5,5 2 3 1

y1 4,5 6 4,5 7 8 1 3 2

b1 -1 1 -0,5 1 -2,5 1 0 -1

Total Masukan dalam rumus :

Tema (n) 1 2 3 4 5 6 7 8

ρ =

x 2,89 2,72 3,11 3 3,11 3,5 3,06 3,33

1 −

6 ( 11 , 5 ) 69 1 − = 2 504 = 1- 0,137 = 0,863 8 ( 8 −1 )

y 3,67 2,44 3,11 3,06 2,83 3,33 3,39 3,17

x1 7 8 3,5 6 3,5 1 5 2

y1 1 8 5 6 7 3 2 4

b1 6 0 -1,5 0 -3,5 -2 6 -2

Total Masukan dalam rumus :

ρ

b 12 1 1 0,25 1 6,25 1 0 1 11,5

6 ( 67 , 5 ) 405 1 − 1 − = = = 1- 0,803 = 0,197 2 504 8 ( 8 −1 )

b 12 36 0 2,25 0 12,25 4 9 4 67,5

77

Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Penelitian Modernitas Sikap Kewirausahaan KUESIONER MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI (Studi Kasus Pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Responden yang terhormat, Saya adalah mahasiswi Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai Modernitas Sikap Kewirausahaan Pengurus Koperasi. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1). Saya berharap agar Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa adanya. Perlu diperhatikan bahwa dalam mengisi kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Apa pun jawaban Bapak/Ibu, akan menjadi data berharga bagi kelancaran penelitian ini. Atas waktu dan kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, saya sampaikan terima kasih.

A. Identitas Responden Petunjuk Pengisian : - Isilah titik-titik kosong dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan anda - Beri tanda checklist (√) pada kotak jawaban yang tersedia sesuai dengan identitas anda 1. 2. 3. 4. 5. 6.

No Responden Nama Koperasi Nama Responden Jabatan dalam Koperasi Jenis Kelamin Lama Kepengurusan

: : : : : :

.......... .......................................................... .......................................................... ............................. [ 1 ] Pria [ 2 ] Wanita [ 1 ] di bawah 2 tahun [ 2 ] 3 – 5 tahun [ 3 ] 6 – 9 tahun [ 4 ] di atas 10 tahun 7. Umur : ............. tahun 8. Pekerjaan : ............................. 9. Pendidikan Terakhir : [ 1 ] Tidak Sekolah [ 2 ] SD [ 3 ] Tamat SD [ 4 ] SMP [ 5 ] Tamat SMP [ 6 ] SMA [ 7 ] Tamat Sma [ 8 ] Perguruan Tinggi 10. Pendidikan Informal/Kusus/Pelatihan (yang sedang atau pernah diikuti) : [ 1 ] Ya, Pernah [ 2 ] Tidak Pernah Jika Ya, apa saja kursus/pelatihan yang pernah Anda ikuti (sebutkan): ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ..............................

78

B. Modernitas Sikap Kewirausahaan Petunjuk Pengisian: Beri tanda checklist (√) pada kotak jawaban yang tersedia sesuai dengan identitas anda Mengetahui Prioritas Utama No. 1.

2. 3.

4.

5.

6.

Pernyataan Si A hendak mengembangkan usaha warungnya, sedangkan ia tidak punya cukup modal. Untuk mengatasi hal tersebut, si A sama sekali tidak mecoba mengajukan kredit untuk menambah modal usahanya karena khawatir akan merugi. Akan tetapi, rekan kerja si A justru memberi saran agar si A mempertimbangkan keputusannya menolak kredit tersebut. Rekan kerja menganjurkan si A untuk mencari informasi dan memahami dengan baik resiko mau pun peluang kredit untuk memperbaiki keberhasilan usahanya. Bagaimana menuruut anda terhadap sikap si A? Bagaimana menurut anda terhadap sikap rekan kerja si A (berkaitan dengan soal nomor 1)? Sebagai sorang guru honorer, Lina memilih untuk mencoba bergabung menjadi anggota koperasi pegawai negeri di sekolah tempat ia bekerja. Sebenarnya Lina belum punya pengalaman ikut koperasi yang pada akhirnya ia mencari beragam informasi yang berkaitan dengan kredit koperasi, informasi resiko dan manfaat mengajukan kredit. Ia pun memilih untuk menjadi anggota koperasi karena ia mengganggap bahwa kredit koperasi dapat membantu usaha jahit baju yang dikelolanya. Bagaimana menurut Anda terhadap sikap Lina? Dimas menjadi salah satu mahasiswa yang beprestasi di kampusnya. Untuk pertama kalinya Dimas mencoba mengajukan beasiswa yang disediakan di kampusnya. Hingga akhirnya ia mendapatkan beasiswa dengan dana yang cukup besar. Melalui dana tersebut, Dimas mengalokasikan dananya untuk membiayai uang semesteran guna meringankan biaya orang tua, dan sebagian lagi ia tabung. Bagaimana menurut pendapat anda terhadap sikap Dimas? Pada kasus yang sama dengan nomor 4, teman Dimas, Surya justru menyarankan agar Dimas tidak perlu mengalokasikan dana beasiswanya untuk membayar kuliah. Menurut Surya akan lebih baik dana tersebut disimpan dan dipakai untuk keperluan tersier (seperti membeli baju, tas, handphone dan barang lainnya). Bagaimana menurut anda terhadap sikap Surya? Berbeda dengan Surya, Marie, teman Dimas juga menyarankan agar Dimas hati-hati menggunakan dana beasiswa tersebut. Marie menyarankan Dimas selain untuk membayar uang SPP, dana tersebut dapat dialokasikan dan dimanfaatkan juga untuk keperluan usaha jika ia ingin membuka usaha kelak karena belum tentu ada kesempatan kedua untuk mendapatkan beasiswa. Bagaimana menurut anda terhadap sikap Marie?

STS

TS

S

SS

79

Bersedia Menanggung Resiko No. 1 2 3

4

5 6

Pernyataan Mengambil resiko yang terlalu besar sama saja dengan berjudi. Lebih baik menghindari resiko sekecil apapun dalam pekerjaan. Si A memiliki kesempatan usaha yang sangat besar . untuk melakukan usaha tersebut harus menggunakan seluruh harta kekayaannya yakni dengan menanamkan saham kepada instansi yang bersangkutan. Atas dorongan mendapatkan keuntungan yang besar maka si A menggunakan hanya sebagian hartanya (tidak seluruhnya) untuk investasi. Bagaimana menurut anda terhadap sikap si A? Si B memiliki kesempatan mendapatkan keuntungan usaha cukup besar. Untuk melaksanakan usaha tersebut ia harus menggunakan harta kekayaannya cukup banyak (walaupun tidak sampai sebagian besar harta kekayaannya digunakan). Ternyata si B tidak jadi melakukan usaha tersebut. Bagaimana menurut anda terhadap sikap si B? Bentuk usaha yang paling baik adalah usaha yang mendapatkan keuntungan yang sangat besar meskipun resikonya juga besar. Bentuk usaha yang paling baik adalah usaha yang dapat dipahami informasi usahanya, cara-cara usaha, dan resiko-resiko yang diterima

STS

TS

S

SS

Keinovatifan No. 1.

2.

3.

4. 5.

6.

Pernyataan Dalam menentukan bidang usaha,sebaiknya dipilih yang jelas-jelas menguntungkan tanpa perlu mencari informasi resiko kerugian yang nantinya akan didapat. Misalnya sekarang si A, usaha dagangnya dalam keadaan baik, dalam arti dimendapatkan keuntungan yang cukup memenuhi kebutuhan hidup beserta keluarganya. Akan tetapi ia memutuskan untuk membuka bidang usaha baru untuk meningkatkan keuntungan usahanya. Kemudian ia mencari informasi mengenai usaha barunya, dan memahami betul resiko serta peluang dari bidang usaha yang baru, hingga ia berani membuka usaha tersebut. Bagaimana pendapat anda terhadap sikap si A? Berdasarkan soal nomor 2, si A memiliki rekan kerja (Si B). Si B memberi komentar pada si A untuk tidak membuka usaha barunya. Si B beranggapan bahwa mencari informasi dan membuka usaha yang baru hanya membuang waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak perlu mengembangkan usaha yang sudah digeluti. Bagaimana menurut anda terhadap sikap si B? Jika rajin mencari informasi, makin banyak menemukan dan memperoleh hal-hal baru untuk mencapai keberhasilan usaha. Seorang pengusaha roti berusaha untuk mengembangakan usahanya. Karena usaha rotinya cukup diminati banyak konsumen, maka pengusaha ini mencoba untuk memperhitungkan untung ruginya. Ia mengganti kemasan roti dengan kemasan yang lebih higienis dan murah, tetapi tidak mengurangi mutu rasa roti. Dan beberapa hal yang sudah dipertimbangkan agar rotinya tetap diminati. Bagaimana menurut anda terhadap sikap pengusaha ini? Berdasarkan kasus nomer 5, justru kebanyakan rekan pengusaha roti ini secara langsung mengurangi bobot roti dan mengganti kemasan roti. Bagaimana menurut anda terhadap sikap rekan pengusaha roti tersebut?

STS

TS

S

SS

80

Kerja Keras No. 1 2

3

4 5

6

Pernyataan STS Merupakan hal yang paling membahagiakan jika dalam hidup ini tidak harus bekerja. Sebagai seorang pengusaha kita harus terus menerus memusatkan perhatian kita pada pekerjaan dan berkerja keras untuk mencapai hasil yang lebih baik. Waktu santai sebanyak mungkin dimanfaatkan. Seorang pekerja keras adalah seseorang yang menyukai pekerjaan yang sulit dan banyak tantangannya dan berusaha memperbaiki kesalahan atas pekerjaannya untuk keberhasilan usaha. Walau bagaimana sulitnya suatu pekerjaan, harus bertekad menyelesaikannya. Misalnya, si A adalah seorang pedagang bakso dipinggiran sebuah supermarket. Pada suatu ketika terjadi pembersihan jalan oleh petugas satpol PP. Si A terkena gusuran dan ia pun kena peringatan dari satpol PP untuk tidak berjualan di sekitar supermarket. Si A pun tidak pantang menyerah. Selama peraturan itu diberlakukan ia tetap berjualan berkeliling daerah tersebut karena baginya di wilayah sekitar supermarket itu, ia mendapat cukup penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Bagaimana tanggapan anda terhadap sikap si A? Sama seperti kasus nomor 5, rekan kerja si A, malahan tidak bekerja. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk berjualan lagi. Bahkan baru seminggu kemudian ia berjualan di pinggiran supermarket tadi, dan lagi-lagi ia tertangkap petugas satpol PP. Bagaimana tanggapan anda terhadap sikap si C?

TS

S

SS

TS

S

SS

Menghargai waktu No. 1. 2. 3.

4.

5.

6.

Pernyataan Waktu untuk mengikuti segala macam kursus atau pelatihan, maupun aktif berorganisasi adalah hal yang penting dan bermanfaat Sekali pekerjaan dimulai, maka pekerjaan itu harus selesai dengan tuntas dan berhasil tepat waktu. Si C merasa sangat risau (bersalah) karena ia tidak dapat menepati rencana/janji yang diberikan pada orang lain. Walaupun si C sebenarnya memiliki alasan kuat untuk menjelaskan sehingga dia tidak tepat janji. Bagaimana pendapat anda terhadap sikap si C? Seseorang seharusnya dapat memaklumi orang lain yang kebetulan tidak dapat menepati janji yang telah diberikan. Apalagi banyak kebutuhan mendadak yang muncul lebih penting daripada urusan yang telah dijanjikan. Bagaimana menurut anda terhadap sikap ini? Bu Anna bersama rekannya, Bu Siska, hendak pergi berbelanja ke supermarket. Setelah sampai di sana, keduanya bersama-sama membeli barang-barang kebutuhan pokok. Bu Anna membeli segala macam kebutuhan tanpa menggunakan daftar belanjaan. Sedangkan, Bu Siska untuk menghemat waktunya ia membeli barang kebutuhan sesuai yang tertulis dalam daftar belanjaannya. Bagaimana menurut anda terhadap sikap Bu Anna? Berdasarkan kasus nomor 5, bagaimana menurut anda sikap Bu Siska?

STS

81

Motivasi Berprestasi No. 1. 2. 3. 4. 5.

6.

Pernyataan Perlu adanya gagasan-gagasan dan ambisi dalam diri sendiri untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Bekerja hanyalah untuk kesenangan pribadi dan untuk mendapatkan pujian dari orang lain, dan bukan untuk mencapai prestasi. Memperbaiki kinerja atas hasil yang diperoleh sama dengan berprestasi dan berusaha mengoptimalkan kualitas diri sendiri Kegagalan hanya membuat prestasi kerja menurun, apalagi saat tidak mendapatkan pujian maupun penghargaan dari orang lain. Sebagai bintang pelajar di sekolah, Dimas termasuk anak yang pandai. Bahkan ia terus berusaha belajar dengan maksud agar ia dapat memahami materi pelajaran yang diberikan guru-gurunya. Seperti padi yang selalu merunduk, orang tua, guru-guru maupun teman Dimas selalu memuji Dimas. Ia tidak merasa bangga bahkan sombong terhadap pujian itu. Sedangkan, teman Dimas yang selalu berada pada urutan kedua di kelasnya, berbeda dengan Dimas. Temannya selalu mengharapkan pujian dari orang lain. Bagaimana pendapat anda terhadap sikap teman Dimas? Berdasarkan kasus nomor 5, bagaimana tanggapan anda terhadap sikap Dimas?

STS

TS

S

SS

Pernyataan STS Misalnya, si A hendak mempresentasikan proposalnya di depan atasannya dan rekan kerjanya. Proposal itu dibuat sendiri olehnya. Akan tetapi, sebelum penampilannya di depan, si A merasa ragu dan terus risau. Si A yakin proposalnya gagal/ tidak dapat disetujui, walaupun pada akhirnya proposal tersebut diterima. Bagaimana tanggapan anda terhadap sikap tersebut? Usaha yang paling baik adalah yakin pada diri sendiri akan dapat menyelesaikan setiap persoalan ataupun pekerjaan untuk mencapai keberhasilan, walaupun kegagalan pasti terjadi Wahyu seringkali merasa iri dengan orang lain. Bahkan saat temannya berhasil memenangkan kasus di pengadilan, Wahyu menganggap bahwa rekannya itu berbuat curang. Ia pun menganggap bahwa keberhasilan yang dilakukan temannya pasti dibantu oleh orang lain. Bagaimana pendapat anda terhadap sikap Wahyu? Riri seringkali merasa bersalah dan selalu menyalahkan dirinya ketika ia mengahadapi kegagalan dalam lomba cerdas cermat. Bahkan saat ada perlombaan lagi, Riri tidak ingin mengikutinya. Sehingga butuh waktu bagi Riri untuk menyemangati dirinya kembali. Bagaimana tanggapan anda terhadap sikap Riri? Si B adalah seorang pengusaha sukses. Ia termasuk orang yang pantang menyerah. Bahkan ketika usahanya mengalami kerugian. Si B ingin usahanya berjalan dengan baik walaupun kegagalan pasti terjadi karena ia bekerja untuk keluarganya. Pada suatu ketika, rekannya berkomentar bahwa si B terlalu egois, bahkan rekannya melakukan kecurangan agar ia juga bisa berhasil. Bagaimana menurut anda terhadap sikap rekan kerja si B? Berkaitan dengan kasus no 5, bagaimana menurut anda terhadap sikap si B?

TS

S

SS

Rasa Percaya Diri No. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

82

Tanggung Jawab Individual No. 1.

Pernyataan STS Misalnya si A adalah salah satu karyawan yang cukup professional dan berprestasi. Pada suaut ketika ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan si A untuk dilaporkan kepada atasannya dalam waktu satu minggu ke depan. Akan tetapi si A, menunda menyelesaikan pekerjaannya karena merasa bahwa atasannya tidak akan memarahinya. Bagaimana pendapat anda terhadap sikap si A? Berkaitan dengan soal nomor 1, salah satu rekan kerja si A justru 2. lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya. Rekannya merasa bahwa pekerjaan itu menjadi tanggung jawabnya dan harus diselesaikan dengan tuntas. Bagaimana menurut anda terhadap rekannya tersebut? Misalnya anda dan beberapa rekan kerja anda sepakat untuk bekerja 3. sama membuka usaha (konveksi) dengan modal bersama. Suatu ketika usaha tersebut mengalami kerugian sehingga perusahaan terlibat hutang dan rekan kerja anda yang lain kabur. Sebagai usaha bersama, dalam hal ini Anda ikut bertanggung jawab membayar sebagian hutang perusahaan. Anda pun bersedia membayar kerugian tersebut. Bagaimana pendapat anda terhadap kejadian ini? Berkaitan dengan no 3, rekan kerja anda justru mengomentari 4. tindakan anda. Rekan anda beranggapan bahwa anda sebaiknya anda tidak perlu ikut mengganti karena rekan kerja anda yang lain justru kabur. Dan ia menyarankan anda untuk ikut kabur juga. Bagaimana menurut anda terhadap sikap rekan kerja anda? Misalnya si B bekerja dalam suatu usaha dagang. Kemudian si B 5. ditunjuk oleh atasannya untuk mengembangkan bidang usaha yang baru. Tetapi lalu usaha tersebut mengalami kerugian yang disebabkan oleh kecerobohan anak buahnya bukan kesalahan anda. Untuk mempertanggungjawabkan kegagalan tersebut pada atasannya, maka si B menjelaskan pada atasannya bahwa kegagalan itu pada dasarnya bukan kesalahannya tetapi anak buahnya. Lalu si B, tidak bersedia membantu dan mencoba untuk memperbaiki kerugian. Bagaimana pendapat anda terhadap sikap si B? Sama dengan kasus nomor 5, akan tetapi setelah menjelaskan pada 6. atasannya si A justru mencoba untuk bertangggung jawab terhadap kerugian tersebut. Sebagai pekerja ia berusaha memberikan yang terbaik untuk atasannya. Bagaimana menurut anda terhadap sikap si A? Keterangan: STS = Sangat Tidak Setuju; TS = Tidak Setuju; S = Setuju; dan SS = Sangat Setuju

TS

S

SS

83

Wawancara dengan Informan Informan : Dinas Koperasi 1. Apakah seluruh koperasi-koperasi di wilayah Bogor tercatat dalam Dinas Koperasi? Jika Ya, wilayah mana saja (Kota, Kecamatan, Kelurahan, Kabupaten) yang tercatat di Dinas Koperasi? Jika Tidak, koperasi mana saja yang tercatat di Dinas Koperasi? Apakah koperasi untuk wilayah Kabupaten saja? 2.

Bagaimana teknis pembagian koperasi per wilayah? Apakah pembagian koperasi menurut jenis usaha?

3.

Berapa jumlah rata-rata koperasi yang ada tiap bagiannya?

4.

Apakah Dinas Koperasi memiliki data lengkap (profil koperasi, perkembangan koperasi, dsb) mengenai koperasi tersebut? Jika Ya, data mengenai apa saja?Jika Tidak mengapa tidak ada data yang lengkap, apakah data tersebut ada pada masingmasing koperasi?

Informan : Pengurus Koperasi 1. Apakah Bapak/Ibu memiliki data lengkap mengenai koperasi ini? 2. Pada periode waktu berapa lama biasanya koperasi ini mengadakan evaluasi (tutup buku) tahunan/triwulan?

MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN PENGURUS KOPERASI - PDF Free Download (2024)
Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Greg Kuvalis

Last Updated:

Views: 5638

Rating: 4.4 / 5 (55 voted)

Reviews: 86% of readers found this page helpful

Author information

Name: Greg Kuvalis

Birthday: 1996-12-20

Address: 53157 Trantow Inlet, Townemouth, FL 92564-0267

Phone: +68218650356656

Job: IT Representative

Hobby: Knitting, Amateur radio, Skiing, Running, Mountain biking, Slacklining, Electronics

Introduction: My name is Greg Kuvalis, I am a witty, spotless, beautiful, charming, delightful, thankful, beautiful person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.